Aljiers (ANTARA News) - Empat puluh petugas kepolisian cedera setelah bentrok dengan sejumlah demonstran dalam aksi menentang ekplorasi gas serpih di Sahara, Minggu (1/3), demikian pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri Aljazair.

"Sebuah bentrokan terjadi di kota In-Salah, aksi itu diprakarsai oleh sekelompok pemuda yang memprotes eksplorasi gas serpih di wilayah tersebut," menurut keterangan dari kementerian itu seperti dikutip AFP, Senin.

Sebanyak 40 personel polisi dilaporkan cedera, dua di antaranya dilaporkan terluka parah.

Pengunjuk rasa membakar markas kepolisian distrik dan kediaman Kepala Kepolisian In-Salah sebagai tanda protes, serta sebagian bangunan asrama polisi dan sebuah truk polisi.

Pasukan keamanan berhasil mengambil alih situasi dan menertibkan kota, menurut pernyataan itu.

Demonstrasi anti gas serpih di beberapa kota-kota Sahara Aljazair dilaporkan meningkat sejak akhir Desember 2014, ketika perusahaan minyak Aljazair Sonatrach mengumumkan berhasil menyelesaikan pengeboran percontohan pertama di wilayah In-Salah.

Awal Februari 2015, pihak Sonatrach mengumumkan adanya pengeboran eksplorasi untuk gas serpih menggunakan teknologi "hydraulic fracturing" akan berlanjut meski pun mendapatkan protes dari warga sekitar.

Demonstrasi menentang eksplorasi gas serpih itu dilakukan selama dua bulan terus menerus di kota In-Salah, kota terdekat ke lokasi pengeboran.

Aljazair melihat investasi besar-besaran dalam gas tersebut untuk mengkompensasi penurunan pendapatan minyak, namun tidak disetujui oleh warga yang tinggal di dekat ladang.

Warga mengkhawatirkan konsekuensi operasi pemboran minyak itu terhadap lingkungan.

Menurut studi internasional, Aljazair memiliki cadangan terbarukan gas serpih terbesar keempat di dunia, setelah Amerika Serikat, China dan Argentina.

(Uu.A050)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015