New Delhi (ANTARA News) - Sekitar delapan juta orang harus menghadapi kenyataan hidupnya hancur setelah gempa maut mengguncang Nepal, kata PBB seraya menambahkan ada kebutuhan mendesak material bantuan dari tenda, air bersih, sampai sabun dan obat-obatan.

"Menurut estimasi awal dan berdasarkan pemetaan intenstias gempa bumi terakhir, delapan juta orang di 39 distrik terkena dampaknya yang dua juta di antaranya tinggal di 11 distrik yang terdampak paling parah," kata Kantor PBB untuk Pemulihan Bencana (UNORC).

Gempa 7,9 Skala Richter itu mengguncang hanya beberapa saat sebelum tengah hari Sabtu lalu dengan meruntuhkan bangunan-bangunan di ibu kota Kathmandu dan meratakan rumah-rumah warga pedesaan yang dibuat dari tanah lumpur.

Sekitar 3.700 orang meninggal dunia dan paling sedikit 6.000 orang cedera.

Badan PBB urusan Anak-anak (UNICEF) mengatakan pasokan makan dan air bersih seketika berkurang setelah gempa teburuk menimpa wilayah Himalaya dalam sekitar 80 tahun terakhir itu terjadi.

Di Lembah Kathmandu, kehidupan masih senyap setelah dua hari sejak bencana. Toko-toko kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari kembali buka, namun toko-tokok besar masih tutup.

Mobil dan truk antre mengisi BBM di pom bensin-pom bensin. Bank-bank masih tutup, sedangkan mesin-mesin ATM sudah berfungsi kembali tetapi tidak uang yang bisa ditarik.

Untuk malam ketiga ini, para penyintas berkemah di ruang terbuka karena takut masih banyaknya bangunan yang nyaris roboh karena tertimpa gempa. Keadaan ini menambah trauma penduduk yang sudah kehilangan sanak keluarganya, selain rumah dan harta bendanya.

Sekitar 21 perkemahan terbuka dibangun di ruang-ruang terbuka di sekitar Kathmandu, lapor Thomson Reuters Foundation.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015