da perbedaan fundamental ekonomi. Yunani dengan ekonomi yang keropos dibandingkan Indonesia dengan fundamental yang relatif lebih kuat dan masih memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi,"
Jakarta (ANTARA News) - Pelaku pasar menilai bahwa dampak krisis utang Yunani tidak banyak mempengaruhi pasar surat utang di Indonesia dikarenakan fundamental ekonomi yang relatif masih stabil.

"Ada perbedaan fundamental ekonomi. Yunani dengan ekonomi yang keropos dibandingkan Indonesia dengan fundamental yang relatif lebih kuat dan masih memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Wahyu Trenggono di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan bahwa Indonesia juga relatif terlindungi oleh peningkatan peringkat dari Standard & Poors (S&P) dari sebelumnya stabil menjadi positif pada beberapa waktu lalu. Dukungan fundamental ekonomi dan peringkat itu dinilai cukup untuk menjadi penahan atas dampak yang terjadi di Yunani saat ini.

"Dua hal itu dapat menjadi pegangan investor sehingga mereka masih percaya bahwa surat utang Indonesia masih aman dan menarik karena masih menawarkan return yang cukup tinggi," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai bahwa krisis utang Yunani berpotensi memberikan dampak psikologis yang negatif bagi investor di dalam negeri.

"Kalau saya lihat, utang Yunani yang jatuh tempo itu ada unsur politik yang unpredictable dan psychological effect-nya lebih menakutkan daripada dampak nilainya," ujar Tito Sulistio.

Kendati demikian, menurut dia, sejauh ini investor di Indonesia belum terlalu terpengaruh oleh situasi krisis utang di Yunani dikarenakan perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih memiliki pertumbuhan kinerja.

"Akumulasi saham oleh pelaku di pasar modal Indonesia masih cukup bagus," ucapnya.

Dalam menjaga pasar modal yang kondusif, Tito Sulistio mengatakan bahwa pihaknya akan fokus untuk memperkuat portofolio emiten, salah satu caranya dengan menambah jumlah emiten baru terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Kemudian, lanjut dia, memperkuat posisi perusahaan sekuritas sehingga dapat bersaing dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dan, meningkatkan pengawasan terhadap transaksi di bursa. 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015