Singapura (ANTARA News) - Harga minyak berbalik naik di perdagangan Asia, Jumat, menyusul kerugian baru-baru ini, tetapi analis mengatakan penguatan itu tidak mungkin berkelanjutan karena melimpahnya persediaan minyak mentah global.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik tipis 26 sen menjadi 48,71 dolar AS per barel di perdagangan Asia sore. Kontrak berakhir di bawah 49 dolar AS pada Kamis untuk pertama kalinya sejak 31 Maret.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman September juga menguat 18 sen menjadi 55,45 dolar AS per barel.

Selama seminggu WTI turun lebih dari empat persen dan Brent telah kehilangan hampir tiga persen.

Pada Kamis (Jumat pagi WIB), minyak mentah light sweet atau WTI untuk pengiriman September di New York Mercantile Exchange, turun 74 sen menjadi 48,45 dolar AS per barel, berakhir di bawah tingkat 49 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 31 Maret.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, menetap di 55,27 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 86 sen dari penutupan Rabu.

Para analis mengatakan prospek kembalinya minyak Iran ke pasar yang telah kelebihan pasokan sesudah Teheran mencapai kesepakatan dengan negara-negara utama atas ambisi nuklirnya, meredam selera terhadap minyak.

Kesepakatan itu akan menyebabkan kekuatan dunia mencabut sanksi-sanksi ekonomi melumpuhkan, yang telah membatasi ekspor minyak Iran, sebagai imbalan untuk pengurangan program atomnya.

"Setelah sanksi dicabut, pemerintah Iran menegaskan bahwa
negaranya bisa meningkatkan ekspor hingga dua kali lipat dalam waktu dua bulan. Ini akan menjadi peningkatan lebih dari satu juta barel per hari ke pasar yang sudah kelebihan pasokan," kata Tom Pugh, analis komoditas Capital Economics.

"Iran tidak memiliki jumlah minyak mentah yang cukup besar dalam penyimpanan, baik di darat maupun di laut, yang bisa dijual segera setelah sanksi-sanksi dicabut," katanya dalam komentar pasar, menambahkan bahwa perkiraan stok negara itu berkisar antara 10 juta hingga 40 juta barel.

Iran memiliki cadangan minyak terbukti terbesar keempat di dunia.

Harga minyak telah menurun drastis dari di atas 100 dolar AS per barel pada Juni tahun lalu karena membanjirnya pasokan akibat produksi yang kuat dari Amerika Serikat dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang dipimpin oleh Arab Saudi.

"Kami ragu bahwa Arab Saudi akan memangkas produksi minyaknya untuk membuat ruang bagi Iran. Oleh karena itu, jika dan kapan ekspor minyak Iran mulai kembali ke pasar, mereka akan memberikan tekanan turun lebih lanjut pada harga," kata Pugh.
(A026/B008)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015