Jakarta (ANTARA News) - Mengapa bentuk mata binatang berbeda-beda? Beberapa binatang, seperti kambing, punya pupil berbentuk horizontal dan yang lainnya vertikal seperti ular derik dan kucing rumahan.

Itu adalah pertanyaan yang sudah lama membuat penasaran para peneliti, demikian dilansir New York Times.

Sebuah studi terhadap 214 spesies dipublikasikan di jurnal Science Advances, Jumat lalu, mengemukakan jawabannya mungkin sangat kuat berhubungan dengan cara bertahan hidup binatang.

Pupil binatang yang vertikal atau berbentuk lingkaran membantu predator tertentu berburu, sementara pupil horizontal membantu spesies lain mengenali predator dari kejauhan.

Tidak semua ahli penglihatan menerima hipotesis para peneliti, namun, mengutip contoh-contoh binatangan yang tidak cocok secara rapi dengan klasifikasi tersebut.

Riset yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Universitas California, Berkeley, dan Universitas Durham di Inggris itu mencoba menggunakan model berbasis komputer untuk mata domba guna mendukung teori mengapa bentuk pupil horizontal, vertikal dan bulat bisa menguntungkan binatang.

Model pupil horizontal, cahaya lebih banyak ditangkap dari kiri dan kanan mata, dan kurang dari atas-bawah, tidak mengejutkan. Hal itu memungkinkan binatang pemakan rumput mendeteksi lebih baik predator yang mendekat dari arah yang berbeda, kata peneliti.

"Orang mengatakan pupil horizontal membantu meluaskan pandangan horizontal dari permukaan tanah, mereka tidak hanya menunjukkan hal itu, kata Martin S, Banks, ilmuwan visual dari Berkeley yang merupakan pemimpin penelitian. "Kontribusi kami adalah membangun model dan menunjukkan apa yang terjadi."

Namun ada protes keberatan atas kesimpulan itu: apa yang akan terjadi jika seekor domba membungkukkan kepalanya untuk makan? Logikanya, pupil horizontal akan semakin tegak lurus dengan tanah.

Namun para peneliti membuat sebuah temuan yang mengejutkan saat memotret kambing di kebun binatang-sebenarnya mata mereka berputar 50 derajat saat kepalanya membungkuk, mmebuat pupil paralel dengan tanah. Dr Martin berasumsi bahwa para ilmuwan lain juga sudah mengetahui kemampuan ini namun dia tak menemukan hal ini disebut-sebut setelah melakukan pencarian besar-besaran literatur ilmiah.

Para peneliti lalu mempelajari kuda, antelop, dan binatang merumput lainnya dan menemukan mereka bisa memutar matanya juga.

Dr Martin dan timnya juga menggunakan model komputer untuk mengidentifikasi keuntungan garis mata vertikal. Mereka menemukan pupil vertikal membantu predator penyergap lebih baik memperkirakan jarak terhadap mangsanya dengan menajamkan kedalaman pandangan dan fokusnya terhadap target.

Satu tanda bintang pada penjelasan tersebut adalah banyak predator seperti harimau dan singa yang menyergap mangsa memiliki pupil bulat, bukan vertikal.

Pengarang beralasan karena binatang-binatang itu lebih tinggi, mata mereka tidak perlu mengimbangi isyarat visual tersebut.

Kritik atas penelitian itu mengatakan ada banyak sekali contoh yang menghancurkan teori pengarang. Chinchilla, contohnya, dia makan rumput tapi punyi pupil garis vertikal.

"Ada banyak pengecualian untuk ketetapan yang sudah ditemukan pengarang, pasti ada lebih banyak bentuk pupil dari sekedar menjadi predator atau mangsa, besar atau kecil," kata Ronald H.H. Kröger, seorang ahli Bilogi dari Universitas Lunds di Jerman.

Jenny Read, ilmuwan penglihatan dari Universitas Newcastle Inggris mengatakan, penelitian itu menyajikan "contoh yang sangat rapi bagaimana evolusi dan seleksi alam telah mengoptimalisasi mata selama jutaan tahun."

Dia mengatakan dia sangat kaget dengan penemuan para peneliti tentang bagaimana mata binatang merumput bisa berputar saat mereka menunduk untuk makan, apalagi dia sendiri sebenarnya seorang penunggang kuda.

"Sangat mengejutkan bahwa dengan semua perhatian pada mata binatang yang menarik literatur ilmiah selama bertahun-tahun, tak seorang pun tampaknya berkomentar tentang ini."

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015