Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengakui telah bertemu dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membahas pengelolaan Blok Masela, Maluku.

"Kemarin itu Kepala SKK Migas, Pak Amien, datang ke kantor. Kita bertukar pikiran untuk cari solusi yang optimum," katanya seusai melakukan orasi dalam peringatan Dies Natalis Universitas Jayabaya di Jakarta, Kamis.

Mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menilai solusi diperlukan karena tak cukup hanya membanding-bandingnya biaya yang lebih bersifat laporan keuangan semata.

Menurut dia, pihaknya menginginkan adanya pendekatan ekonomi supaya manfaatnya sebesar-besarnya dirasakan rakyat Indonesia, terutama penduduk Maluku.

"Jadi kalau hanya bandingkan cost (biaya), itu kerjaan akunting. Ini perlu wawasan yang lebih luas daripada sekitar itu," ujar mantan Kepala Bulog itu.

Meski disebut bertentangan dengan SKK Migas, Rizal menyebut pertemuan tersebut berlangsung baik dan membangun.

Sebelumnya, baik Rizal Ramli maupun SKK Migas bersebrangan pendapat mengenai pengelolaan Lapangan Gas Abadi di Blok Masela, Maluku.

SKK Migas menilai pembangunan kilang gas cair (LNG) terapung di tengah laut (floating) atau offshore akan lebih efisien ketimbang usulan Rizal Ramli yang menginginkan adanya pipanisasi ke Pulau Aru dan kilang LNG di darat (onshore).

SKK Migas mengklaim, berdasarkan angka 2013, nilai investasi dengan skema kilang di darat mencapai 19,3 miliar dolar AS, lebih mahal ketimbang Floating LNG/FLNG atau offshore sebesar 14,8 miliar dolar AS.

Selain itu, membangun kilang didarat memiliki risiko karena terdapat palung laut dalam di kawasan tersebut.

Ada dua opsi panjang pipa yang digunakan dalam proyek pipanisasi itu. Pertama, panjang pipa antara 170-180 km dari lokasi sumur hingga ke Pulau Saumlaki, namun mesti melalui palung dengan kedalaman sampai 1.500 m dan lebar 100-150 km.

Jika melewati palung itu, lanjutnya, maka memerlukan pipa khusus karena dengan kedalaman 1.500 m, pipa akan mengalami kondensasi.

Pilihan kedua, pipa tidak melewati palung dalam, namun jaraknya lebih panjang sampai 600 km dari sumur hingga ke Kepulauan Aru.

Sementara itu, Rizal Ramli menilai pipanisasi gas dari Blok Masela bisa memberikan dampak ganda terhadap perekonomian masyarakat sekitar dan mendorong pembangunan.

Selain bisa mendorong ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, pipanisasi diyakini bisa mendorong penggunaan konten lokal dalam pembangunannya.

 Produk turunan gas juga dinilai dapat menghidupkan kawasan Indonesia Timur sehingga diharapkan dapat mewujudkan konsep tol laut yang dicita-citakan Presiden Jokowi.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015