Perusahaan asal Jerman, PT Zemag Clean Energy Techology GmbH akan menjajaki pengembangan gasifikasi batubara di Indonesia dengan menggandeng perusahaan lokal.

"Kami melihat, pengembangan gasifikasi batubara di Indonesia memiliki potensi yang besar. Perusahaan asal Jerman, PT Zemag telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia untuk mengembangkan turunan dari gasifikasi batubara," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Achmad Sigit Dwiwahjono usai bertemu dengan perwakilan Zemag di Jakarta, Kamis (12/1).

Sigit menilai, dibutuhkan investasi sekitar 13 triliun rupiah untuk menghasilkan 1.000 metrik ton turunan gasifikasi batubara. Untuk lokasi pabriknya bisa di wilayah Kalimantan.

"Industri batu bara di Indonesia masih menarik bagi investor asing ditengah perlambatan ekonomi global. Jika dihitung, dalam masa pengujian dapat mengubah 100.000 ton batubara menjadi 3.600 million metric british thermal unit (mmbtu) gas per hari," papar dia.

Jika gas yang dihasilkan tidak digunakan, lanjut Sigit, bisa dipakai untuk industri dalam negeri dengan harga US$4 hingga US$5 per mmbtu.

"Investasi ini akan menghasilkan nilai tambah yang besar bagi industri dalam negeri. Untuk gasnya bisa dipakai di dalam negeri, tinggal dibangun infrastrukturnya," ujar Sigit.

Sigit menambahkan, pihaknya akan mencarikan patner lokal untuk bekerja sama dengan Zemag dalam membangun industri gasifikasi batubara.

"Kita punya cukup banyak batu bara yang berkalori rendah dan perlu dikonversi untuk menjadi gas sintetis, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk dan metanol. Kemungkinan perusahaan asal Jerman tersebut bekerjasama dengan perusahaan lokal agar projectnya bisa berjalan," kata Sigit.

Sedangkan Managing Director PT Zemag Clean Energy Technology GmbH, Fun Minyan mengatakan, Indonesia memiliki sumber batubara rendah kalori yang cukup besar. Hasil pertemuan dengan pihak pemerintah, menjadi masukan untuk mengembangkan investasi di Indonesia.

"Diskusi dengan pemerintah sangat interaktif, Indonesia membutuhkan produk turunan gasifikasi batubara bagi industri manufaktur. Saat ini, kami masih menjajaki investasi metanol dengan bahan baku rendah kalori," tutur Fun.

Fun mengatakan, pihaknya sudah berdiskusi dengan pemerintah untuk mencari partner lokal di Indonesia demi mengembangkan pabrik gasifikasi batubara.

"Pemerintah akan mencarikan perusahaan lokal di Indonesia jika investasinya terealisasi. Teknologi yang dihasilkan nantinya akan memberikan nilai tambah bagi industri di Indonesia," pungkasnya.

Batubara berkalori rendah dapat dikembangkan untuk memproduksi gas dimetileter yang bisa menggantikan gas liquefied petroleum gas (LPG) sehingga impor bahan baku gas tidak lagi diperlukan.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017