Jakarta (ANTARA News) - Metro TV dan Desi Anwar akan mengajukan tuntutan kepada Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta terkait pernyataannya mengenai keterlibatan Metro TV dan Desi Anwar dalam perjalanan Alfredo Reinado--pimpinan tentara Timor Leste yang melakukan desersi--ke Indonesia. Pihak Metro TV dan Desi Anwar menunjuk Todung Mulia Lubis untuk mewakili mereka mengajukan tuntutan tersebut kepada Presiden Ramos Horta agar mencabut pernyataannya dan menyampaikan permintaan maaf melalui media publik. "Kami menuntut Presiden Ramos Horta untuk mencabut tuduhan terhadap Metro TV dan Desi Anwar, karena telah merusak kredibilitas Metro TV dan Desi Anwar di dalam maupun luar negeri baik secara profesional maupun personal," kata Todung, di Jakarta, Senin. Todung menjelaskan, tuntutan/somasi tersebut rencananya disampaikan ke Kedutaan Besar Timor Leste di Jakarta Senin siang, namun batal karena Kedutaan Besar Timor Leste tutup lebih awal dari jam kerja biasa dan baru akan disampaikan pada Selasa (29/4). Dalam surat somasi itu disebutkan, Metro TV menyampaikan klarifikasi bahwa Desi Anwar tidak pernah pergi ke Atambua dan baik Metro TV maupun Desi Anwar tidak pernah membantu pembuatan dokumen palsu untuk Alfredo atau memfasilitasi perjalanannya ke Jakarta. "Desi tidak pernah ke Atambua, tidak pernah wawancara Alfredo. Tuduhan memfasilitasi itu sangat serius, tuduhan memalsukan dokumen itu juga adalah tuduhan pidana yang serius," papar Todung. Saat ini, lebih lanjut Todung menjelaskan, pihaknya sedang mempelajari konstitusi Timor Leste supaya bisa merencanakan tindakan hukum yang selanjutnya akan dilakukan. "Kami sadar, Presiden Ramos Horta menikmati impunitas sebagai Presiden, itu ada dalam konstitusi mereka dan saat memberikan pernyataan itu ia berperan sebagai Presiden, tetapi akankah impunitas itu bisa disalahgunakan atau dilanggar untuk membuat tuduhan tak beralasan," ujar Todung. Ia menjelaskan pula bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan pengacara lokal di Timor Leste untuk membantu upaya hukum terkait kasus tersebut. Sebelumnya Presiden Ramos Horta membuat pernyataan lisan di hadapan sekelompok wartawan internasional di Dili 18 April 2008 dan antara lain menyebut bahwa pada 2007, ketika perbatasan Indonesia-Timor Leste seharusnya tertutup, Alfredo berhasil melintas ke Indonesia dengan bantuan pihak Metro TV dan Desi Anwar. Dengan bantuan kedua pihak itu pula, demikian disebut Horta, Alfredo selanjutnya pergi ke Atambua, memalsukan dokumen di Atambua dan menggunakan dokumen palsu untuk pergi ke Jakarta. Tuduhan itu dilayangkan karena stasiun televisi tersebut pernah melakukan wawancana khusus dengan Alfredo. Berkenaan dengan wawancara yang dilakukan Metro TV terhadap Alfredo, Head of Corporate Communication Metro TV Adjie S. Soera Atmadjie mengatakan, "kami tidak ingin memberitahu wawancara terjadi di mana karena ini adalah hak publik untuk tahu tentang Alfredo dan kami akan menutupi fakta ini sampai kapanpun," ketika ketika ditanya di mana wawancara itu dilakukan. Meski tidak bersedia mengungkapkan lokasi wawancaranya dengan ALfredo, namun pihak Metro TV menyangkal bahwa Desi Anwar pernah ke Atambua dan bertemu Alfredo.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008