Dili (ANTARA News) - Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, akan melakukan usaha-usaha serius untuk mengurangi kemiskinan, dengan memberikan bantuan kepada orang-orang tua dan veteran sekitar 100 dolar setiap bulan. Tiga bulan setelah usaha pembunuhan yang hampir merenggut jiwanya, Ramos Horta yang juga pemenang Hadiah Nobel Perdamaian mulai kembali bekerja di kantornya dan penuh rencana. Terlihat masih lemah, Ramos Horta menyusun rencana kerjanya dari rumahnya di ibukota Dili, dalam wawancara dengan kantor berita DPA, Selasa. "Saya memiliki tiga prioritas untuk dua tahun ke depan, yaitu pertama reorganisasi pasukan polisi dan tentara. Kedua melakukan usaha-usaha serius untuk menghapuskan kemiskinan dengan memberikan bantuan untuk mereka yang paling rawan, seperti orang-orang tua dan veteran. Mereka harus mendapat bantuan 100 dolar AS (sekitar Rp.900.000) tiap bulan. Ketiga, mengiNvestasi dalam proyek-proyek prasarana yang menciptakan banyak pekerjaan." Presiden itu menerima tamu di rumahnya di Kennedy Boulevard . Kantornya di sana jaraknya hanya beberapa puluh meter dari jalan di mana pemberontak pada 11 Februari menembaki lokasi itu yang nyaris menewaskan dia. Ramos Horta tidak menyinggung tentang serangan itu yang menyebabkan ia harus dirawat di Australia selama dua bulan. Dengan mengenakan kaos oblong warna biru bertuliskan "Presidente" pria berusia 58 tahun itu berbicara tentang masa depan yang menyenangkan yang diharapkannya untuk penduduk negara itu yang berjumlah sekitar satu juta jiwa itu. Sebagian besar mereka hidup miskin di negara kecil Asia Tenggara itu yang dilanda aksi kekerasan sipil tahun 2006, sebagian besar disalahkan atas tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan orang muda Timor Leste. Ramos Horta, yang meraih hadiah Perdamaian Nobel tahun 1996 karena memimpin usaha bagi kemerdekaan Timor Timur dari Indonesia, menganjurkan rakyat Timor Leste untuk memberikan pemerintahnya waktu untuk melakukan perbaikan-perbaikan. "Masalahnya adalah rakyat terlalu tidak sabar," katanya. "Negara ini baru berumur enam tahun . Saya telah melakukan kunjungan dan melihat negara-negara yang sedang membangun di seluruh dunia. Saya mengharapkan kami dapat bekerja lebih baik daripada Guatemala dalam 20 tahun , dan negara itu telah merdeka hampir 200 tahun." Timor Leste merupakan koloni Portugal selama 400 tahun sebelum bergabung dengan Indonesia tahun 1975 selama 24 tahun. Kemudian lewat jajak pendapat rakyat yang difasilitasi PBB tahun 1999, rakyat Timor Leste memutuskan merdeka. Presiden Ramos Horta tinggal sendirian di pinggir kota Dili dan sedang membaca buku "From Freedom to Future" karangan Nelson Mandela ketika usaha pembunuhan itu dilakukan. Di dinding teras rumahnya tergantung foto-foto Che Guevara, John F. Kennedy dan Mo serta poster-poster film "Casablanca" dan "The Godfather". "Kami memiliki cukup uang," katanya. Kami memiliki sumber-sumber minyak dan gas yang sangat besar. Uang dari penjualan sumber-sumber alam itu sejumlah 2,6 miiar dolar dimasukan dalam dana minyak Timor Leste, dan Ramos Horta mengatakan ia ingin menginvestasikan uang itu untuk negaranya dan juga menggunakan 100 juta dolar untuk mendirikan sebuah bank investasi di Timor Leste yang akan membantu para pedagang kecil. (*)

Copyright © ANTARA 2008