Jakarta (ANTARA News) - Komunitas Historia Indonesia (KHI) bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) akan menggelar "Jelajah Malam di Museum Kebangkitan Nasional" di Gedung Stovia, Jl. Abdurachman Saleh No.26 Jakarta, tepat pada Selasa (20/5) malam sebagai bagian dari rangkaian peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional. "Kami menargetkan kegiatan ini akan diikuti oleh 50 peserta, tidak bisa lebih dari itu karena keterbatasan dana dan tempat di Museum Stovia," kata koordinator KHI Asep Kambali di Jakarta, Kamis petang. Selain jelajah museum, peserta juga dapat menyaksikan pemutaran film perjuangan dan makan malam di salah satu gedung paling bersejarah tersebut. Program yang juga didukung oleh Departemen Budaya dan Pariwisata, Departemen Komunikasi dan Informatika, serta Sekretaris Negara itu menawarkan sesuatu yang berbeda bagi warga Jakarta yang ingin memperingati momen 100 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia. "Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional ini menjadi sangat penting karena bangsa Indonesia sepertinya sudah lupa akan jati diri dan akarnya, dan momen kebangkitan sebagai pelopor bergeraknya bangsa Indonesia pada masa lalu untuk merdeka sangatlah tepat untuk merefleksikan kembali apa yang sudah Indonesia capai," kata Asep Kambali. Ia mengakui, saat ini konteks kemerdekaan tentu sudah jauh berbeda dibandingkan masa lampau, "Bukan lagi saatnya kita untuk angkat bambu runcing dan melawan penjajah." "Tapi tetap saja kita semua berkewajiban mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif, memaknainya dengan jiwa dan semangat nasionalisme yang baru dan bersumberkan perjuangan masa lalu," ujar dia. Asep mencermati mengapa saat ini Indonesia jauh mundur dibanding era tahun 70-an, sekarang hampir semua keperluan pokok diimpor dari luar negeri padahal dulu bisa swasembada. "Saya berharap lewat acara ini, peserta bisa merenungkan kembali 100 tahun tonggak Kebangkitan Nasional, dan perenungan itu akan menimbulkan pemahaman yang baik tentang akar budaya dan tradisi," katanya. "Berbahaya kalau misalnya generasi muda saat ini lebih cenderung berpikir parsial dan lebih mengagungkan modernisme dan melupakan tradisi," ujar Asep. Asep juga berpendapat seharusnya puncak peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional yang dihadiri Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dilakukan di Museum Stovia, karena tempat itulah yang menjadi lokasi tercetusnya kebangkitan bangsa pada 100 tahun silam.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008