Conakry, (ANTARA News) - Presiden Guinea Lansana Conte, Selasa, memecat Perdana Menteri Lansana Kouyate, 15 bulan setelah mengangkat dia dalam kesepakatan guna mengakhiri pemogokan umum berdarah di negara pengeksport bauksit utama di dunia tersebut, demikian laporan media resmi. Saat mengumumkan penggantian Kouyate dalam dekrit presiden yang ditayangkan stasiun televisi resmi, Conte tampil untuk menyampaikan keputusan dalam percekcokan yang meningkat antara blok kekuasaan yang bertikai di negara Afrika Barat itu. Namun dalam waktu dua jam setelah siaran tersebut, kaum muda di negeri itu turun ke jalan di dua pinggiran kota yang condong kepada oposisi di ibukota Guinea, Conakry. Mereka melempar batu dan membakar ban. Personil keamanan melepaskan tembakkan ke udara untuk membubarkan massa, kata warga. Kouyate telah memimpin pemerintah konsensus yang dibentuk menyusul kerusuhan yang mengguncang Guinea awal tahun lalu dalam peristiwa yang menewaskan lebih dari 130 orang, kebanyakan warga sipil tak bersenjata yang ditembak oleh pasukan keamanan. Namun pengaruh Kouyate memudar dalam beberapa bulan belakangan. "Dr. Ahmed Tidiane Souare diangkat sebagai perdana menteri dan kepala negara untuk menggantikan Lansana Kouyate," demikian antara lain isi dekrit yang dibacarkan melalui televisi negara. Souare telah menjabat dalam beberapa pemerintah terdahulu Conte, termasuk sebagai menteri pertambangan di negara penghasil bauksit terbesar ketiga di dunia, tambang mineral mentah yang digunakan untuk membuat alumunium. "Ada pemuda di jalan. Saya bahkan tak dapat pulang. Personil polisi melepaskan tembakan. Mereka (pemuda-pemuda itu) telah memasang barikade dan melemparkan batu," kata Aboubacar Diallo dari pinggir kota Matoto, Conakry, tempat Kouyate memiliki rumah pribadi, Selasa larut malam. Banyak pemuda membakar ban di daerah lain, Sig, kata warga setempat. Pemimpin serikat pekerja tak dapat dihubungi untuk dimintai komentar, dan tidak jelas bagaimana mereka bereaksi terhadap pemecatan Kouyate, yang mengejutkan. Masa bergolak Sejak awal masa jabatan perdana menterinya, kubu Kouyate seringkali bentrok dengan kelompok penasehat yang melayani Conte, perokok berat yang menderita diabetes yang merebut kekuasaan dalam kudeta militer 1984. Pada masa awal, serikat pekerja yang pemogokan umumnya guna menentang kekuasaan Conte telah memaksa pengangkatan Kouyate nyaris berhasil. Tapi antusiasme mereka secara perlahan reda. Keluarga dan pendukung dari 137 orang yang secara resmi tercatat sebagai telah tewas selama pemogokan umum makin menelan kepahitan saat penyelidikan dalam negeri mengenai peristiwa tersebut berlarut-larut. Conte menolak untuk mengizinkan penyeldikan internasional. Kerusuhan sporadis telah terjadi saat mayoritas warga Guinea, yang miskin, menghadapi inflasi dua-angka --faktor penting dalam protes sebelumnya-- sewaktu kenaikan harga bahan bakar dan pangan global telah menyulitkan pemerintah dalam upaya mengendalikan harga makanan. Hanya sepekan sebelumnya, satu laporan parlemen mempertanyakan cara Kouyate menangani masalah keuangan, demikian diwartakan Reuters. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008