Batam (ANTARA News) - Semangat dalam peringatan Seabad Kebangkitan Nasional hendaknya menjadi momentum merevolusi kebudayaan, kata Koordinator Masyarakat Komunikasi Indonesia Henry Subiakto. Revolusi kebudayaan akan melepaskan bangsa ini dari belenggu sikap saling menyalahkan, tidak percaya diri, tidak berdisiplin, tidak suka bekerja keras dalam mencapai cita-cita, katanya di Batam, Selasa. Henry, dosen Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya, mengatakan, sudah beberapa kali Indonesia mengalami revolusi fisik, peraturan maupun dalam kehidupan berdemokrasi. Akan tetapi, katanya, pencapaian-pencapaian itu belum mendapat penghargaan yang sepatutnya karena dianggap sebagai hasil karya pihak lain. Sejak Kerajaan Mataram mengalahkan Majapahit, tak ada sisa-sisa Majapahit. Demikian juga setelah Mataram dikalahkan Demak/Pajang. Ketika Orde Baru berkuasa, semua peninggalan Orde Lama, tak peduli yang baik-baik, dihapuskan. Pada zaman sekarang, ketika Orde Reformasi muncul, peninggalan Orba dianggap buruk semua dan harus ditinggalkan. Hingga dewasa ini, dari aspek kehidupan politik, misalnya, orang partai yang dikalahkan dalam suatu pemilihan yang demokratis, mendirikan partai baru. Demonstrasi sebagai cara mengekspresikan pendapat yang sah, masih kerap ditandai dengan perusakan. "Gejala-gejala ini menunjukkan, belum terbangun penghargaan akan suatu pencapaian, sehingga perlu ada revolusi kebudayaan," katanya. Revolusi itu, menurut Henry, dapat didorong penyelenggara pemerintahan dan lembaga pendidikan, di antaranya dengan membuat peraturan mengenai disiplin. Kalau di suatu tempat, orang diatur harus antre, tidak boleh seorang pun yang nyelonong tidak terkena sanksi, katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008