Malang (ANTARA News) - Hasil penelitian mahasiswa Australia yang tergabung dalam "Australian Consortium For In-Country Indonesian Studies" (ACICIS) Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Malang yang dipresentasikan Eurico Muller menyebutkan, peran Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di perusahaan, khususnya perusahaan rokok tidak efektif. Dalam laporan hasil penelitiannya di empat Pabrik Rokok (PR) di Malang, yang dipresentasikan di Unmuh Malang, Selasa, Muller mengemukakan, keberadaan SPSI di perusahaan-perusahaan tersebut belum bisa independen, karena masih dikontrol oleh perusahaan. "Selain tidak independen untuk memperjuangkan hak-hak dan permasalahan buruh yang dinaunginya, SPSI juga masih belum banyak dikenal di lingkungan buruh, kecuali yang sudah lama bekerja atau buruh-buruh yang sudah berusia tua," katanya mengungkapkan. Ia mengakui, tidak semua buruh tidak tahu dan tidak mengenal SPSI dan kalaupun tahu, buruh tetap saja tidak mau "buka mulut" ataupun mengeluh soal keberadaannya di perusahaan, meski hak-haknya tidak dipenuhi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa buruh di empat PR yang ada di Malang, para buruh enggan mengeluh, karena takut diberhentikan oleh perusahaan, sebab mencari pekerjaan sekarang susah. Apalagi, kata mahasiswa Murdoch University itu, biasanya ketakutan buruh untuk mengeluarkan pendapatnya itu, karena perusahaan tidak segan-segan memberhentikan dan posisinya digantikan oleh orang baru. Keempat PR yang menjadi sasaran penelitian Muller adalah PT. Bentoel, PT. HM. Sampoerna, PT. Banju Biru dan PT. Dewandaru. Selain keberadaan SPSI, PR-PR tersebut khususnya PR besar juga mengkategorikan buruh menjadi dua, yakni buruh tetap dan buruh kontrak mulai dari bulanan, satu tahun dan maksimal tiga tahun dengan upah rata-rata antara Rp500 ribu hingga Rp800 ribu per bulan. Ia menyatakan, tidak semua buruh diupah di bawah UMR, ada juga yang di atas Rp900 ribu per bulan serta tergantung posisi masing-masing seperti yang diberlakukan di PT. Bentoel dan PT. HM Samporna. Mereka juga mendapatkan THR, namun tidak mendapatkan kompensasi jika diberhentikan. "Dalam kondisi ini, peran SPSI sangat penting untuk memperjuangkan hak-hak yang harus diterima buruh, namun faktanya keberadaannya justru tidak berpengaruh apa-apa bagi buruh," katanya menegaskan. Sementara hasil penelitian tentang Analisa Kompleks Perumahan di Malang yang dipresentasikan Jessica Kerr dengan obyek penelitian perumahan Araya dan Sawojajar disebutkan, interaksi masyarakat di Sawojajar lebih baik ketimbang yang memilih tinggal di Araya. Dari penelitian yang dilakukannya itu juga bisa dilihat, semakin kritis seseorang, maka dia cenderung individualis dan tempat tinggal yang dipilih juga disesuaikan dengan karakternya, sehingga disitulah mereka merasa cocok dan nyaman. "Penghuni perumahan Araya dan Sawojajar memiliki karakteristik yang jauh berbeda, dan dari beberapa aspek selalu bertolak belakang seperti interaksi sosial antarpenghuni," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008