Medan (ANTARA News) - Diduga telah terjadi "fragmentasi" (perpecahan) politik di tingkat menteri di dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu, sebagai akibat dari dinamika kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM. Kondisi itu pula yang menyebabkan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Syamsir Siregar, kesal dan emosional, sehingga mengucapkan kata "sontoloyo", tutur Ketua Departemen Ilmu Politik Fisipol USU, Drs. Heri Kusmanto MA, kepada ANTARA di Medan, Senin. Dikatakannya pernyataan yang disampaikan Syamsir Siregar tentang dugaan fragmentasi politik disebabkan menurunnya loyalitas menteri yang berasal dari Partai Politik (Parpol). "Fragmentasi" politik itu juga dapat dilihat dari adanya menteri yang memberikan pendapat berbeda ketika rapat kabinet dengan media massa mengenai kebijakan menaikkan harga BBM. Sikap yang kurang baik selaku pembantu presiden itu disebabkan adanya maksud dari menteri yang bersangkutan untuk "menggolkan" kepentingan politik jangka pendeknya. "Kondisi itu yang menyebabkan Syamsir Siregar emosional, sehingga mengeluarkan kata sontoloyo," kata Heri, yang juga Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Medan Area (UMA). Menurut dia, meski perlu pembuktian lebih lanju, tetapi "manuver" yang dilakukan menteri yang dinilai tidak loyal itu dapat dianggap sebagai trend untuk pemenangan Pemilu 2009. Namun demikian, ia menyatakan tidak berani menyimpulkan bahwa "fragmentasi" politik itu bertujuan menjatuhkan pemerintah. "Asumsi tersebut membutuhkan pembuktian dari penyidik yang telah menangkap beberapa pelaku kerusuhan dalam unjukrasa penolakan kenaikan harga BBM di Gedung DPR baru-baru ini," ujarnya.

Copyright © ANTARA 2008