London (ANTARA News) - Harga minyak di pasar dunia turun pada Jumat, karena aksi ambil untung (profit-taking), sehari setelah melonjak ke rekor tertinggi didukung oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran terhadap ketatnya pasokan, kata para pedagangyang dikutip AFP. Harga minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Agustus menyusut 1,22 dolar AS menjadi 144,86 dolar AS per barrel dalam perdagangan elektronik. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, menurun 1,19 dolar AS menjadi 144,10 dolar AS. Pada Kamis, Brent melonjak ke posisi puncak sepanjang sejarah 146,69 dolar AS per barrel. Minyak mentah New York terangkat ke posisi puncak selama ini 145,85 dolar AS pada Kamis. "Saya kira kecenderungan naik tetap utuh dan kekhawatiran sisi pasokan akan kembali mendorong harga naik dalam pekan-pekan mendatang," kata Victor Shum, dari konsultan energi internasional Purvin and Gertz. Harga minyak telah memecahkan serangkaian rekor harga pekan ini, melanjutkan momentum yang dimulai pada awal tahun ini ketika harga minyak menembus 100 dolar AS untuk pertama kalinya. Lonjakan harga minyak telah mencetuskan kekhawatiran tentang inflasi dan pelambatan pertumbuhan ekonomi dan memicu protes di seluruh dunia. Pembelahan antara negara-negara konsumen dan produsen dalam menyalahkan tampak meruncing pada Kongres Perminyakan Dunia di Madrid, Spanyol, pekan ini. Arab Saudi, eksportir OPEC terkemuka, menunjukkan kekhawatirannya pada Kamis, tentang rekor baru untuk acuan harga minyak mentah dan kembali mengatakan pihaknya melakukan dialog antara para konsumen dan produsen. Namun, diskusi ini menunjukkan tidak adanya tanda-tanda menekuan solusi untuk menekan pasar. Kedua pihak menunjukka reaksi berbeda: para konsumen menggaris-bawahi kecemasan kurangnya pasokan, sementara para produsen menyalahkan spekulator keuangan dan penurunan dolar AS. Harga minyak yang telah berlipat ganda nilainya dalam setahun terakhir, terutama pada pekan ini yang didorong berita penurunan cadangan minyak mentah AS 2,0 juta barrel menjadi 299,8 juta barrel pada pekan yang berakhir 27 Juni. Administratur Informasi Energi (EIA) pemerintah AS pada Rabu, juga telah mengungkapkan bahwa cadangan minyak mentahnya turun 15,3 persen dari periode sama tahun lalu. Lonjakan harga minyak ke rekor baru juga dipicu pernyataan Menteri Minyak Iran Gholam Hossein Nozari yang menyatakan bahwa Iran akan memberikan reaksi ganas terhadap setiap serangan militer terhadap eksportir minyak itu. Grup eksportir minyak OPEC menambahkan pada Kamis, bahwa pihaknya akan sulit untuk menggantikan produksi minyak mentah Iran, jika negara itu mendapat serangan militer. Di sana, baru-baru ini, telah muncul spekulasi bahwa Israel berencana melakukan serangan militer terhadap instaliasi nuklir Iran. Iran telah bersitegang dengan Barat selama lima tahun tentang program nuklirnya. Iran mengklaim program nuklirnya untuk pembangkit tenaga listrik, sementar Barat mengkhawatirkan program nuklirnya dikembangkan untuk senjata nuklir. Pasar minyak juga mendapat dukungan kunci dari melemahnya mata uang AS, yang membuat komoditi yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih murah untuk para pembeli asing dan mendorong permintaan, kata para analis. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008