PBB, (ANTARA News)- PBB dan masyarakat internasional mengutuk terjadinya serangan bom terhadap kedubes India di Kabul, Afghanistan, yang menewaskan 41 orang dalam salah satu serangan-serangan terburuk di negara itu sejak pemerintah Taliban digulingkan. Dewan Keamanan PBB, menyebut tindakan itu sebagai "aksi terorisme yang sangat tercela" dan menyatakan kuatir tentang ancaman yang terus dilakukan oleh Taliban yang berhaluan keras itu , yang memerintah Afghanistan dari tahun 1996 sampai 2001. Sekjen PBB Ban Ki moon , yang sedang berada di Jepang untuk menghadiri KTT Kelompok Delapan negara kaya (G-8), mengatakan ia mengutuk serangan itu "dengan nada paling keras" dan menyerukan mereka yang berada dibelakangnya diadili. "Tidak ada agenda politik atau ketidakpuasan dapat dibenarkan dengan menggunakan cara-cara yang tercela seperti itu," kata Ban. Seorang pembom bunuh diri menabrakkan mobil yang berisi bom ke kedubes India di Kabul, Senin menewaskan 41 orang dan mencederai hampir 150 lainnya. Atase militer dan seorang penasehat politik kedubes India tewas bersama dengan dua penjaga keamanan India. Mayat dari salah seorang diplomat-diplomat itu terlempar ke atap kedubes itu akibat ledakan yang kuat tersebut dan baru ditemukan beberapa jam kemudian. India adalah salah satu sekutu terdekat Afghanistan ketika negara yang porak poranda akibat perang itu berperang menghadapi gerilyawan Taliban, dan masyarakat internasional mengirimkan sekitar 70.000 tentara untuk membantu pemerintah Afghanistan. AS, yang memiliki kontingen terbesar dari pasukan itu, menyebut serangan itu suatu "tindakan kekerasan yang tidak ada gunanya" dan mengatakan pihaknya mendukung rakyat Afghanistan dan India menghadapi "musuh bersama" mereka ekstremisme. "Kelompok ekstrim terus memperlihatkan ketidak pedulian mereka terhadap nyawa manusia dan kesediaan mereka untuk membunuh warga-warga Muslim saudara mereka," kata jurubicara keamanan nasional Gordon Johndroe. NATO, yang memimpin lebih dari 50.000 tentara dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) berusaha membantu pemerintah itu, juga mengutuk serangan tersebut. "Kehilangan nyawa dan cedera yang sangat banyak itu adalah satu tragedi, dan satu usaha jelas untuk mengganggu hubungan kawasan," kata Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer, dan menyerukan semua pihak agar "tetap tenang menghadapi provokasi ini." Menlu Frank Walter Steinmeier dari Jerman, penyumbang terbesar ketiga untuk pasukan NATO di Afghanistan, mengatakan "teroris-teroris" sedang berusaha mencegah terwujudnya Afghanistan "yang tertib dan demokratis". Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Uni Eropa Benita Ferrero Waldner mengatakan, "Serangan-serangan teroris tidak akan pernah mendapatkan hasil apapun." India mengatakan mereka yang berada dibelakang serangan bom itu "tidak lebih baik daripada para penjahat yang terburuk" dan menegaskan, "Tindakan-tindakan teror seperti itu tidak akan menghambat kami memenuhi komitmen-komitmen kami kepada pemerintah dan rakyat Afghanistan." Pemerintah Afghanistan mengatakan serangan itu telah dikoordinasikan dengan dan bantuan "kalangan intelijen rejional-- tampaknya mengacu pada Pakistan. Kabul berulangkali menuduh oknum-oknum dalam angkatan darat Pakistan dan badan intelijennya memberikan bantuan keuangan dan dukungan lainnya kepada Taliban dan kelompok-kelompok garis keras lainnya untuk kepentingan strategis. Pakistan sendiri menyampaikan ucapan "belasungkawa yang mendalam" atas serangan itu. "Pakistan mengutuk terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, karena ancaman ini mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat penting," kata Menlu Shah Mehmood Qureshi, demikian diwartakan AFP. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008