Denpasar (ANTARA News) - Hasil pengembangan riset dan teknologi (Ristek) sangat memungkinkan untuk meningkatkan populasi ternak sapi Bali dengan menerapkan sinkronisasi, yakni gertak pembirahian secara massal terhadap sapi betina untuk melahirkan dalam waktu bersamaan. "Ristek itu sangat memungkinkan untuk diterapkan di Bali sesuai kehamilan dan kelahiran pada ternak sapi yang diinginkan, kata Gurubesar Universitas Udayana Prof Dr Ir Sentana Putra, MS di Denpasar Kamis. Ia mengatakan, kelompok-kelompok ternak di Bali yang mengembangkan sapi induk hendaknya mulai merintis program kehamilan secara serentak, karena hal itu memberikan berbagai kemudahan dan keuntungan. Selain bisa mendeteksi waktu yang tepat untuk kelahiran, juga sangat membantu dalam proses kelahiran dan perawatan saat menyusui pada induknya. Sentana Putra menambahkan, program sinkronisasi tersebut sudah saatnya diterapkan di Bali, mengingat sarana dan prasarana pendukung tesedia dalam jumlah memadai. Fasilitas tersebut antara lain kebutuhan inseminasi buatan (IB) yakni keperluan kawin suntik pada ternak sapi tersedia dalam jumlah memadai. Bali telah mandiri dalam pengadaan IB, bahkan sebagian produksi diarahkan untuk membantu kebutuhan IB bagi daerah lainnya di Indonesia. "Program pembirahian secara massal pada ternak sapi itu telah diusulkan untuk diterapkan di wilayah Kabupaten Badung utara dengan harapan mendapat persetujuan dari Pemkab setempat," harap Prof Sentana. Program tersebut secara tidak langsung akan mampu meningkatkan populasi sapi bali, karena populasi yang ada sebanyak 613.241 ekor, dengan kepadatan rata-rata 93,3 ekor per kilometer persegi masih bisa ditingkatkan dua kali lipat. Sapi Bali (bibos benteng) merupakan "breed" ketiga dunia setelah bos taurus dan bos indikus yang memiliki berbagai keunggulan dibanding jenis sapi lainnya. Selain mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya, juga memiliki mutu yang sangat baik, bahkan menyamai mutu sapi impor. Keunggulan lain yang tidak kalah penting persentase karkas dan reproduksi cukup tinggi, sehingga sapi Bali menjadi rebutan para pengusaha untuk dapat membelinya, ujar Prof Sentana.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008