Pangkalpinang (ANTARA News) - Pengamat sosial politik dari Universitas Bangka Belitung (UBB) Dr. Bustami Rahman mengemukakan, pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) 2009 akan sarat praktik `money politic` (politik uang) yang mempengaruhi kualitas hasil pemilu. "Kami lihat gejala praktik politik uang (money politic) dalam Pilpres 2009 cukup besar, karena perilaku elit politik yang berkepentingan menempuh cara itu untuk meraih kekuasaan dan situasi ekonomi masyarakat yang semakin sulit," ujarnya di Pangkalpinang, Sabtu. Meski sulit dibuktikan secara hukum, menurutnya, indikasi `money politic` terjadi pada setiap pelaksanaan pilkada di berbagai daerah, dimana tim sukses membagikan barang dan uang untuk membeli suara. "Masyarakat yang menerima uang atau dalam bentuk barang tidak ada pilihan lain kecuali menerima daripada tidak makan, karena kondisi perekonomian yang memang sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya. Ia mengatakan, dalam konteks `money politic` ini masyarakat tidak bisa disalahkan, karena mereka termasuk massa mengambang sebagai produk dari sistem demokrasi yang berlaku sekarang ini. Menurut dia, dalam perjalanan demokrasi di Indonesia masyarakat tidak mendapatkan hasil apapun bagi peningkatan kesejahteraannya, kecuali terkena dampak dari serangkaian konflik dan tindak kekerasan. "Masyarakat menjadi lelah dan apatis serta meratapi keadaannya yang tidak kunjung berubah. Saat inilah mereka rentan terhadap godaan `money politic` itu," ujarnya. Menurut dia, masyarakat akan memilih siapa yang memberikan uang atau barang untuk menyelamatkan hidupnya hari ini, tidak lagi memikirkan integritas kepribadian dan kapasitas pemimpin ideal yang diharapkan memimpin bangsa.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008