Jakarta (ANTARA News) - Budayawan M Sobary berharap mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur jangan tidur dari persoalan-persoalan menegakkan demokrasi, politik, dan kebangsaan. "Pokoknya demokrasi tak boleh jadi burung liar. Harus ada wadah," kata Sobary pada acara syukuran ulang tahun Gus Dur di Jakarta, Kamis malam. Sebagian masyarakat mempercayai Gus Dur yang merupakan putra KH Wahid Hasyim dan Solichah lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940 tetapi penanggalan yang dipakai ketika itu merupakan kalender Islam atau tahun hijriah yakni pada tanggal 4 bulan Syaban atau bertepatan dengan 7 September 1940. Sobary yang juga mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA itu mengatakan perlu wadah yang jelas untuk demokrasi agar ada kesempatan orang mendapat hak-haknya yang telah lama mereka tunggu untuk diekspresikan. Kesempatan untuk mengekspresikan itu, menurut Sobary antara lain melalui pemilihan umum dan pemilihan kepala dan wakil kepala daerah di seluruh daerah meskipun "mahal harganya". "Dan tempat-tempat konsolidasi demokrasi seperti NU atau partai politik semua harus bisa bergerak bersama memajukan demokrasi. Pokoknya, demokrasi harus jadi tradisi hidup kita. Orang mau bicara, mengeluarkan aspirasi dan mau memilih pemimpin harus diwadahi dengan baik," ujarnya. Muhammadiyah dan kelompok-kelompok lain di masyarakat, bagi Sobary juga merupakan wadah yang bagus untuk mencerminkan demokratisasi. Sobary dengan lantang minta Gus Dur dan para tokoh yang makin sedikit dalam barisan penegakan demokrasi serta kedaulatan rakyat, agar terus membangun wadah bagi demokratisasi. Mengutip kata-kata Romo Mangun alias Yusuf Bilyarta Mangunwijaya termasuk Gus Dur dan tokoh-tokoh pro demokrasi, Sobary mengatakan, rakyat itu tidak bodoh. "Tetapi yang terjadi, rakyat memang bisa dibodohi, malah dikooptasi melalui para rohaniwan, pers dan intelektual," katanya mengingatkan. Ia mengatakan rakyat bisa dibodohi karena sedang dalam keadaan tidak kritis. "Kenapa begitu, karena rakyat dililit persoalan-persoalan kemiskinan akibat proses kapitalistik dan proses anti demokrasi dan karena kembalinya tua-tua atau kekuatan-kekuatan lama dalam tampuk kekuasaan," ujarnya. Karena itu, menurut dia, Gus Dur dan tokoh-tokoh pro demokrasi harus terus menggebrak seluruh republik karena kini ada "demokrasi seolah-olah" sebagaimana terjadi pada era 1980-an. "Gus Dur sendiri pada tahun 1980-an mengatakan soal ada `demokrasi seolah-olah` dan kini di 2000-an, `demokrasi seolah-olah` juga tumbuh lagi," kata Sobary yang berbicara mewakili hadirin pada syukuran HUT Gus Dur tersebut. Gus Dur kemudian menyampaikan pidato politik berjudul "Sekali Lagi Tegakkan Kedaulatan Rakyat" tanpa teks dilanjutkan pembacaan naskah tertulis tiga lembar oleh pemrakarasa acara itu Bondan Gunawan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008