Jakarta (ANTARA) - Prancis mulai mengalokasikan frekuensi yang akan digunakan untuk jaringan generasi kelima (5G) dan dilelang mulai 2,17 miliar euro atau setara dengan Rp33,7 triliun.

Kementerian Keuangan Prancis, seperti dikutip dari Reuters, Senin, sudah mengetok palu untuk harga floor price spektrum 5G sebesar 2,17 miliar euro.

"Harga yang kami ajukan masuk akal. Semua bergantung kepada pemerintah mengenai tanggung jawab dan keputusan," kata Menteri Ekonomi Junior Prancis, Agnes Pannier-Runacher kepada koran Les Echos.

Baca juga: 5G mengubah wajah dan masa depan Chongming

Harga lelang yang ditetapkan itu jauh lebih besar dari perkiraan Lembaga Telekomunikasi Prancis Arcep. Presiden Arcep Sebastien Soriano mengharapkan harga spektrum tidak lebih dari 1,5 miliar euro karena mereka masih memerlukan investasi lain untuk jaringan 5G.

Penyedia layanan telekomunikasi telah berbeda pendapat dengan pemerintah Prancis mengenai implementasi jaringan 5G di dalam negeri.

Seorang sumber Reuters menginformasikan operator seluler bahkan sempat bersitegang dengan kementerian hingga penetapan harga dan lelang frekuensi untuk 5G terpaksa ditunda.

Baca juga: China mulai siapkan riset untuk 6G

Pemerintah Prancis berusaha mencari keseimbangan antara menaikkan harga penjualan dengan tidak ingin memberi beban finansial berlebih kepada operator seluler agar teknologi itu dapat segera dipasang di negara tersebut.

Jerman dan Prancis sebelumnya mendapatkan 6,5 juta miliar euro saat lelang spektrum 5G di negara masing-masing, harga yang sangat mengejutkan bagi industri telekomunikasi di Prancis.

Empat operator Prancis, Altice Europe SFR, Orange, Iliad, dan Buoygues Telecoms sebelumnya mengalami kesulitan keuangan karena perang harga yang berlarut-larut.

Baca juga: Layanan 5G hadir di China, harganya sama dengan jaringan 4G

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019