Jakarta,(ANTARA News) - Dua calon presiden Amerika Serikat, Barrack Obama dan John McCain, sebenarnya tidak jauh berbeda pandangan dalam politik luar negeri. "Mereka berdua hanya berbeda dalam pendekatan saja," kata Pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia, Hariyadi,di Jakarta, Sabtu, saat ditanya mengenai kebijakan luar negeri dua kandidat presiden itu. Menurut dia, politik luar negeri AS telah memiliki pola tertentu sehingga seorang presiden tidak serta merta dapat mengubah kebijakan secara menyeluruh. "Yang diutak-atik dan tampak berbeda hanyalah pendekatannya saja, tapi jika kebijakannya tidak akan jauh berbeda siapa pun presidennya," ujarnya. Hariyadi mengatakan beberapa waktu terakhir Obama memang tampak aktif menyerang diplomasi luar negeri George W Bush yang mengandalkan kekuatan, namun di kesempatan yang sama , Obama juga berikrar akan menyerang kelompok garis keras yang bersembunyi di Afghanistan dan Pakistan. "Kebijakan Bush itu diserang Obama dengan tidak menghasilkan apa pun, selain pengeluaran yang besar dan korban. Pernyataan Obama itu kemudian diserang Mccain yang menyebut Obama tidak patriotis," ujarnya. Namun, lanjut dia, kedua kandidat presiden tetap mengambil sikap garis keras. Pernyataan Hariyadi itu didasarkan pada pernyataan dua kandidat presiden AS itu dalam acara pertama dari tiga debat presiden menjelang pemilihan umum 4 November. Pada debat tersebut, kedua calon mengajukan pandangan radikal yang saling bertentangan mengenai cara melindungi Amerika dari serangan teror lain seperti serangan 11 September 2001. Senator Demokrat Barack Obama berikrar akan menyerang kelompok garis keras yang bersembunyi di Afghanistan dan Pakistan sedangkan John McCain dari Republik mengatakan AS akan menang di Irak. Obama berusaha mencuri peluang dari McCain dengan berikrar akan melancarkan militer terhadap sasaran kaum fanatik di dalam Pakistan jika pemerintah di Islamabad tak bersedia atau tak dapat bertindak. Pernyataan Obama (47) mengundang kecaman dari McCain (72), seorang veteran perang Vietnam, yang mengatakan ancaman semacam itu tak membantu strategi yang lebih luas. Obama berkeras pemerintah AS "mengalihkan perhatian kita" dengan membawa sumber militer menjauh dari Afghanistan ke Irak. Amerika telah menghabiskan banyak uang, energi serta jiwa, namun pemimpin Al-Qaeda Osama bin Ladin masih berkeliaran, kata Obama. Namun, McCain berpendapat "lonjakan" sebanyak 30.000 prajurit tambahan yang ia sarankan di Irak telah "berhasil dan kita akan menang di Irak dan kita akan pulang dengan kemenangan dan kehormatan".Ia menyerukan "strategi baru" guna menghadapi Al-Qaeda di Afghanistan. "Kita akan memperoleh bantuan pemerintah Pakistan untuk memasuki daerah ini dan memperoleh dukungan rakyat. Itu akan sulit," kata Senator Arizona tersebut. McCain juga mempertanyakan apakah pesaingnya dari partai Demokrat benar-benar cocok untuk tugas mengemudikan negara adidaya di dunia saat AS menghadapi perang di dua negara.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008