Washington (ANTARA News) - Kelangsungan hidup umat manusia amat tergantung pada penjelajahan antariksa di masa depan, kata Kepala NASA Michael Griffin dalam wawancara dengan AFP menandai ulang tahun ke-50 badan antariksa AS tersebut. Perjalanan ini, kata fisikawan dan insinyur kawakan itu, penuh dengan hal-hal yang belum diketahui dan baru saja dimulai. "Apakah kelangsungan hidup umat manusia tergantung pada hal itu? Saya pikir begitu," katanya. Griffin membandingkan jalan-jalan pertama di Bulan dengan pelayaran pertama Christopher Columbus ke Amerika. "Ia berlayar selama berbulan-bulan dan menghabiskan beberapa pekan di Amerika dan kembali pulang. Dia hampir-hampir tak pernah mengatakan telah menjelajahi Dunia Baru. "Jadi kita baru saja memulai untuk menyentuh dunia-dunia lain," tutur Griffin. "Saya kira kita harus kembali ke Bulan karena itu merupakan langkah berikutnya. "Diperlukan hanya beberapa hari ke Bulan dari Bumi," katanya, seraya menambahkan Mars juga "hanya beberapa bulan" ditempuh dari Bumi. Namun begitu, Griffin mengakui bahwa seperti para penjelajah abad 15 yang memulai petualangan mereka tanpa mengetahui apa yang akan mereka temui, sebuah lompatan keyakinan diperlukan bagi perjalanan antariksa. "Ketika kita bergerak keluar dalam tata surya kita, dengan memperluas kehadiran manusia, kita tak dapat membuktikan apakah yang kita temukan akan bermanfaat." "Dapat dimengerti pada masa Columbus bahwa jika para pelayar menemukan tanah-tanah baru, mereka akan menemukan hal-hal yang berharga. Kita tak dapat membuktikan sekarang bahwa kita dapat memanfaatkan apa yang kita temukan bagi kesejahteraan umat manusia." Sekalipun begitu, dalam jangka panjang, Griffin merasa yakin "populasi manusia harus beranekaragam jika umat manusia ingin terus hidup." Saat menjelaskan tujuan utama NASA dalam kesaksiannya di depan Kongres pada 2004, Griffin mengatakan : "Tujuan tunggal penerbangan antariksa manusia adalah permukiman manusia di tata surya dan kemudian di bagian luarnya. Kerjasama sangat penting Dalam upaya ini, Griffin mengemukakan kepada AFP bahwa kerjasama antara bangsa-bangsa penting jika seruan agar umat manusia menyebar ke tepi batas terakhir alam semesta akan diwujudkan. "Stasiun antariksa akan jauh lebih besar, baik, impresif dan produktif sebagai hasil kemitraan dengan Kanada, Rusia, Eropa dan Jepang, daripada jika harus dilakukan kami sendiri," katanya. Akan tetapi, bos NASA itu menyesali berakhirnya program pesawat ulang-alik antariksa pada 2010. Dia mengkhawatirkan paling tidak untuk sementara waktu AS akan mengandalkan negara lain untuk mencapai berbagai benda langit. "Akan ada kesenjangan. Saya tidak menyukai itu, namun itulah kenyataannya. AS bahkan akan kehilangan periode akses independen ke antariksa. Saya kira itu bukanlah hal yang baik." Pada periode antara pensiunnya pesawat ulang-alik antariksa dan pesawat antariksa generasi baru AS, yakni Orion, yang akan terbang ke antariksa, para astronot AS terpaksa mengandalkan pesawat antariksa Soyuz milik Rusia untuk mencapai Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Mengenai program ambisius China, ia mengemukakan : "Saya tentu saja tak melihat China sebagai ancaman. "Saya tak meragukan bahwa hubungan dengan China dan dunia Barat akan menjadi lebih kokoh." Menjawab pertanyaan apakah China dapat menjadi mitra NASA dalam misi ke Bulan mendatang, Griffin tetap optimis: "Ya itu sangat mungkin sekali melihat China sebagai bagian kembali ke Bulan, kerjasama untuk kembali ke Bulan." (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008