New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah merosot ke posisi terendah dalam satu tahun di bawah 80 dolar AS per barrel pada Jumat waktu setempat, di tengah jatuhnya pasar saham global yang memicu kekhawatiran resesi yang dapat menganggu permintaan energi. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman November, merosot menjadi 77,70 dolar, sebuah penurunan 8,89 dolar AS, sebagai bagian dari sebuah hari dramatis di pasar-pasar finansial global. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November jatuh 8,57 dolar AS menjadi mantap pada 74,09 dolar AS per barrel karena para pedagang merespon penurunan besar terbaru di pasar-pasar saham dunia. Penurunan tajam terjadi meski diberitakan OPEC akan menyelenggarakan pertemuan darurat bulan depan membicarakan dampak krisis pasar -- di tengah spekulasi bahwa kartel produsen minyak mentah itu akan mengurangi produksinya untuk mengamankan pendapatan minyak. "Memburuknya prospek pertumbuhan dunia telah mendorong koreksi harga-harga komoditas," tulis analis Deutsche Bank dalam sebuah catatan risetnya kepada para nasabahnya. "Terus memburuknya prospek PDB (produk domestik bruto) global dapat memicu penurunan harga minyak," kata dia, seraya menambahkan harga dapat turun hingga ke kisaran 60 dolar AS per barrel. Harga minyak mentah telah merosot hampir 60 persen sejak mencapai harga tertingginya di atas 147 dolar AS per barrel pada 11 Juli. Sementara, pasar saham global pada Jumat mengalami tekanan jual besar-besaran, karena krisis finansial yang sedang berlangsung tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang, kata para dealer. "Harga minyah mentah turun terus karena kecemasan ketidakpastian prospek permintaan energi menjadi faktor dominan," kata analis dari Sucden, Nimit Khamar. "Perdagangan di pasar dipenuhi kekhawatiran, yang telah mengalahkan faktor fundamental dari supply and demand," tambah dia. Ke-12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Kamis, mengumumkan bahwa pihaknya akan menyelenggarakan pertemuan darurat di Wina pada 18 November untuk membicarakan dampak krisis finansial internasional. Badan Energi Internasional (IEA) juga memperingatkan bahwa ancaman resesi dan krisis finansial yang sedang berlangsung akan menggerus permintaan minyak dan kemunduran investasi dalam lapangan minyak baru. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengatakan Jumat, pengurangan produksi minyak yang sedang dibicarakan negara-negara produsen akan "melukai ekonomi dunia". "Saya khawatir, ketika mendengar negara-negara OPEC akan melakukan pertemua untuk membahas pengurangan produksi, dengan kata lain membuat harga berpeluang naik," kata dia. Itu akan menjadi "buruk untuk ekonomi dunia ... untuk OPEC mengurangi produksinya dan karena itu menjaga harga tinggi," tambah dia. Pertemuan reguler kartel mendatang dijawalkan 17 Desember di Oran, Aljazair. Pada pertemuan pada 9-10 September, OPEC memutuskan untuk memangkas produksinya 520.000 barrel minyak per hari (bph) untuk mempertahankan harga di atas 100 dolar AS per barrel. Harga telah jatuh secara dramatis. Dalam laporan bulanan yang dipublikasikan Jumat, IEA yang berbasis di Paris menurunkan proyeksi permintaan di 13 negara OECD tahun ini sekitar 360.000 barrel per hari. Secara keseluruhan permintaan dunia tahun ini akan mencapai 86,5 juta barrel per hari -- turun 240.000 barrel dari estimasi sebelumnya, dan naik 0,5 persen dari tahun lalu. Proyeksi permintaan dunia untuk tahun depan turun 440.000 barrel per hari menjadi 87,2 juta barrel per hari, menunjukkan peningkatan tahunan 0,8 persen, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008