Kuala Lumpur (ANTARA) - Pemerintah Malaysia memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) pada 10 Desember 2019 dengan menyelenggarakan sebuah forum berjudul "StandUp4HumanRights" di Putrajaya, Selasa.

Kegiatan tersebut merupakan kerjasama antara Kantor Perdana Menteri Malaysia, Kementerian Luar Negeri (KLN) Malaysia, Suruhan Jaya Hak Asasi Manusia Malaysia (Suhakam) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Malaysia.

Acara diresmikan oleh Datuk Liew Vui Keong, Menteri Di Jabatan Perdana Menteri (Undang-Undang & Hal Ehwal Parlemen) bersama-sama Stefan Priesner, Koordiantor PBB di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam dan Ketua Suhakam / Komnas HAM Tan Sri Othman Hashim.

Sebanyak 350 peserta hadir terdiri atas pemerintah, masyarakat sipil, kedutaan dan sektor swasta.

Datuk Liew Vui Keong,  menekankan bahwa pemerintah akan terus melibatkan pihak berkepentingan dalam proses membentuk dasar HAM.

Dia juga menyampaikan beberapa inisiatif yang diambil oleh pemerintah seperti undang-undang tentang hak atas Informasi, penghapusan sanksi wajib, agenda reformasi hukum termasuk pengembangan HAM nasional dan Rencana Bisnis.

Koordinator PBB Malaysia Stefan Priesner mengatakan pihaknya bergembira dengan komitmen Malaysia dalam memajukan hak asasi namun perjalanan tersebut masih jauh.

"Dalam mencapai tujuan ini, penting untuk mempertimbangkan bahwa pembangunan dan hak asasi manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu, pembangunan harus dilakukan bersama dengan HAM. Dengan cara ini, kita dapat memperkuat arah pembangunan, membuat tata kelola yang berarti dan tidak ada yang tertinggal," katanya.

Forum Hak Asasi Manusia ini terdiri atas dua sesi perbincangan interaktif berkenaan pandangan terhadap HAM di Malaysia yang memberikan fokus kepada anak muda dan diikuti dengan perbincangan tentang harapan masa depan berkenaan kesedaran progresif HAM.

Tujuan utama forum ini adalah untuk mempromosikan kesadaran dan dukungan terhadap HAM dan usaha-usaha pelbagai organisasi termasuk lembaga pemerintah yang menjalankan tugas dalam mempromosikan HAM.

Forum juga mempromosikan semangat kerjasama dan interaksi antara pelbagai pihak berkepentingan termasuk LSM dan Organisasi Masyarakat Sipil (CSO).

Ketua Suhakam Tan Sri Othman Hashim mengatakan dari waktu ke waktu pembela dan pejuang HAM menghadapi rintangan yang tampak secara lahir sebagai halangan serta tantangan.

"Semangat yang membara dalam mempromosikan dan membela HAM, walaupun penuh tantangan dan kesukaran dalam melaksanakan tugas, saya pastikan akan membawa  perubahan,   bermarwah dan saksama serta masa depan yang lebih baik untuk negara," katanya.

Forum ini menampilan pidato aktivis dan penulis Marina Mahathir dan pidato khusus Tony Ferdandes, CEO Grup AirAsia dan juga penceramah seperti Dr Azmi Sharom, Wakil Ketua KPU Malaysia, Dato’ Seri Hashamudin Yunus dan Dato’ Mah Weng Kwai yang merupakan komisioner SUHAKAM, Dr Farah Nini Dato’ Dusuki dosen Universiti Malaya, Professor Dr Shad Saleem Faruqi dari Universiti Malaya dan lainnya.

Sekjen PBB Antonio Guterres telah menyerukan agar setiap orang perlu mendukung dan melindungi golongan muda yang memperjuangkan HAM.

“Kita perlu menghormati golongan muda di seluruh dunia yang berjuang dalam menganjurkan dan menyuarakan hak kepada masyarakat, kesetaraan hak wanita dan kanak-kanak perempuan, terlibat dalam membuat keputusan dan menyatakan pendapat secara bebas. Mereka berjuang untuk hak mereka demi masa depan yang aman, keadilan dan peluang yang sama," katanya.

Dia mengatakan setiap individu berhak kepada hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya tanpa melihat dimana mereka menetap, bangsa, etnik, agama, asal usul, gender, orientasi seks, politik atau pendapat lain dan apapun status seseorang.

Komisi Tinggi PBB Urusan HAM Michelle Bachelet dalam rakaman video khusus mengakui bahwa pelibatan golongan muda dalam membentuk dan membuat keputusan amat penting dalam menangani tantangan-tantangan HAM serta mencapai Tujuan Pembangunan Lestari 2030.

Selain fokus yang diberikan terhadap anak muda, forum memperkenalkan Modul Hak Asasi Manusia Sekolah yang dibuat dengan kerjasama SUHAKAM dan Kementerian Pendidikan Malaysia.

Modul HAM Pasca PT3 dan Modul HAM Pasca UPSR telah dibuat untuk memperkenalkan prinsip-prinsip HAM serta istilah-istilah seperti kesetaraan dan anti-diskriminasi kepada pelajar-pelajar sekolah dasar dan menengah.
Baca juga: Komnas HAM Malaysia tolak perkawinan sejenis
Modul-modul tersebut menekankan konsep-konsep kesejagatan, hak asasi manusia yang tidak boleh dipisahkan dan dibagikan dan yang saling berkait. Modul-modul tersebut mengandung aktivitas praktis yang bertujuan mengajar pelajar sekolah tentang hak asasi manusia dengan mengambil konteks sosial dan kebudayaan Malaysia.

Fotografi
Lomba Fotografi Hak Asasi Manusia SUHAKAM 2019 telah diadakan mulai 1 Juli hingga 30 September 2019 dan telah menerima sebanyak 477 peserta.

Tujuan utama pelombaan adalah untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan pendidikan mengenai hak asasi manusia di kalangan rakyat Malaysia melalui kesenian fotografi.

Tiga pemenang terbaik adalah Mohd Samsi bin Sumairi dengan gambar bertajuk Pupus, Suzairi bin Zakaria di tempat kedua dengan gambar bertajuk Hak Yang Belum Selesai dan ketiga  Chen Soon Ling dengan gambar berjudul Hak Orang Kurang Upaya Di Jalan Raya.

Pemenang pertama menerima RM4,000 manakala pemenang kedua dan ketiga masing-masing menerima RM2,000 dan RM1,000.

Baca juga: Komisaris Tinggi HAM PBB Kunjungi Malaysia
 
Baca juga: Komnas HAM Malaysia sambut pembatalan pengusiran Mu Sochua

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019