Surabaya (ANTARA News) - Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut belum merevisi tarif angkutan laut meskipun harga bahan bakar minyak (BBM) telah turun Rp500,00 per liter pada tanggal 15 Desember 2008 dan akan turun lagi pada pertengahan Januari ini.

"Seiring menurunnya harga BBM, kini pasar menghendaki semua harga di pasaran turun, termasuk turunnya tarif angkutan laut," kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut Sunaryo usai apel khusus aparat Ditjen Perhubungan Laut di Tanjung Perak Surabaya, Senin (12/1).

Menurut dia, pemerintah sebagai pemangku kebijakan memiliki keinginan untuk menurunkan tarif angkutan laut, namun dalam pengambilan keputusan revisi tarif ini ada banyak pihak yang saling terkait.

"Saat ini kami masih membahas dengan operator perkapalan, Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap), Pelni, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia (Pelindo), dan `Indonesian Shipowner`s Association` (Insa)," katanya.

Ia menambahkan bahwa revisi tarif angkutan laut perlu dimusyawarahkan lebih lanjut, menyusul ada perbedaan orientasi antara pengusaha perkapalan dan masyarakat.

"Dalam kondisi ekonomi yang belum membaik ini, kalangan masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan laut ingin tarif terjangkau dan peningkatan pelayanan, sedangkan pengusaha perkapalan memiliki pertimbangan bisnis," katanya.

Menurut Sunaryo, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, kurang relevan jika kemampuan negara ini dibandingkan dengan negara lain.

General Manager Pelni Cabang Surabaya, Jhony Pandegirot, mengatakan tarif angkutan saat ini tetap seperti tarif pada tahun 2005.

"Sejak 2005 hingga sekarang, harga BBM telah naik empat kali dan sedikit pun kami belum pernah menaikkan tarif," katanya.

Sementara itu, Ketua Insa Jatim Prabowo B. Santosa menyebutkan, sampai saat ini tarif yang dipatok para pengusaha pelayaran sudah mengalami penurunan sebanyak 15-30 persen.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009