Jakarta (ANTARA News) - "Salah satu penyesalan terbesar Obama adalah tidak berada di samping ibunya ketika perempuan itu terbujur lemah di saat-saat terakhir hidupnya," kata David Mendell, pengarang buku "Obama: From Promise to Power" dan wartawan The Chicago Tribune yang pernah mewawancarai nenek Obama, Madelyn Payne Dunham pada 2004. Oleh karena itu, begitu mendapat kabar neneknya sakit keras, Obama memutuskan menunda jadwal kampanyenya pada Kamis dan Jumat pekan ini untuk menemani sang nenek kendati pemungutan suara tinggal dua minggu lagi. Obama, sebut beberapa kalangan terdekatnya, tak ingin penyesalannya terulang pada neneknya, salah seorang dari dua wanita paling mempengaruhi kepribadiannya. "Jangan heran jika Obama berkata, 'Ya, kampanye ini amat sangat penting, tapi saya tak akan pernah melupakan orang yang telah membesarkanku dan saya akan pulang menemui nenek kapan pun ia memerlukanku," kata Charles Payne (83), adik lelaki Madelyn dan kakek misan Obama, seperti dikutip Sidney Morning Herald (22/10). Jika ibunya adalah wanita petualang yang membuat Obama mengenal dunia, maka Madelyn adalah orang yang mengenalkan serta menanamkan akar kepribadian dan keamerikaan calon presiden dari Partai Demokrat tersebut. Madelyn adalah bagian terpenting dalam hidup Obama yang kerap disebutnya pada hampir setiap kesempatan, termasuk saat kampanye. Obama selalu melibatkannya dalam setiap momen politik terpentingnya, terutama manakala menyinggung multikulturalisme yang sangat ia agungkan dan menjadi warisan terbesar neneknya. Orang-orang terdekat Obama menyatakan, Madelyn lebih dari sekedar bagian dari cerita hidup Obama, tapi sudah menjadi bagian kepribadian Obama. Ia sosok terkokoh yang senantiasa mendampingi kehidupan Obama di samping ibundanya, Stanley Ann Dunham. "Kedua perempuan yang telah membesarkannya itu adalah pribadi-pribadi yang kuat, keduanya telah berjuang keras demi kehidupan mereka dan berhasil mengatasi hambatan-hambatan terbesar dalam hidup mereka," kata Valerie Jarret, teman dekat keluarga Obama. "Keduanya memiliki tekad dan empati yang luarbiasa, dan aku lihat itu semua ada dalam diri Obama. Semua karakter luar biasa ini mereka tumpahkan ke satu orang (Obama)," lanjut Valerie. Istri Obama sendiri, Michelle, sering berbicara tentang dua "wanita hebat" itu yang disebutnya telah berperan besar dalam membentuk suaminya seperti sekarang. Kalau ibunya memberi Obama sayap, maka sang nenek mengokohkannya dengan menguatkan akar kepribadian Obama. Hawaii Madelyn, putri tertua dari empat anak pasangan administratur perusahaan minyak dan guru, tumbuh besar di pinggiran kota Augusta, Kansas. Pada 1940, beberapa minggu sebelum lulus SMA, tanpa sepengetahuan dan restu orangtuanya, siswa cerdas yang gemar sekali membaca ini menikah dengan Stanley Dunham. Saat Stanley pergi ke medan laga Perang Dunia II, Madelyn membesarkan anak semata wayang mereka, Stanley Ann Dunham, dengan bekerja di pabrik perakitan pesawat pembom B-29 di Wichita, Kansas. Usai Perang Dunia II, Madelyn mengikuti suaminya keliling Amerika karena Stanley bekerja sebagai "salesman" yang membuatnya mesti pergi ke banyak tempat di AS. Madelyn berhasil menyelesaikan kuliahnya karena mendapat beasiswa GI Bill, namun tak bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi karena terbentur waktu. Akhirnya ia bekerja sebagai sekretaris di sebuah bank di Hawaii. Di Hawaii pula, Ann bertemu dengan Barack Obama Sr, mahasiswa Kenya di Hawaii, yang lalu menikahinya dan membuatnya menghadiahi ibunya seorang cucu bernama Barack Obama Jr pada 1961. Ann dan Barack bercerai, tapi tak lama kemudian perempuan kulit putih ini menikah lagi dengan seorang mahasiswa asing berkulit berwarna, kali ini dari Indonesia, Lolo Soetoro. Lolo, Ann dan Obama Jr lalu pindah Indonesia sampai kemudian adik perempuan Obama, Maya Soetoro, lahir. Obama tidak lama di Indonesia karena keluarga memutuskan menyekolahkannya kembali di Hawaii. Kakek neneknya yang dipanggil Obama dengan "gramps' dan "toot" (berarti kakek dan nenek dalam Bahasa Hawaii) mengajak Obama tinggal bersama mereka di satu apartemen sederhana di Honolulu sampai Obama berhasil sekolah di kampus elite, Akademi Punahou. Di Hawaii inilah, Obama merasakan lagi limpahan kasih sayang yang luar biasa besar dari kakek neneknya, khususnya sang nenek. "Mereka tak pernah memberiku alasan yang membuatku meragukan cinta mereka," aku Obama. Cinta sepenuh hati neneknya pula yang membuat Obama berpisah dari pendetanya yang berkulit hitam, Jeremiah Wright, Maret 2008, karena kalimat sang pendeta dianggapnya menebarkan kebencian ras yang ia dan neneknya berusaha singkirkan. "Saya tak bisa bersamanya (Jeremiah) lagi. Saya mempunyai seorang nenek berkulit putih. Seorang perempuan yang membesarkanku, selalu berkorban untukku, dan seorang perempuan yang mencintaiku sebesar cintanya terhadap apa pun di dunia ini," kata Obama. Sakit AP menulis, jika Michelle sang istri adalah dinding cadas yang membentengi Obama, maka Madelyn adalah bumi tempat dinding cadas itu berpijak. Madelyn memberi Obama muda tempat yang disebutnya rumah manakala ibunya sibuk berkeliling dunia, memberinya uang tatkala ia kuliah. Sang nenek bahkan rela berhemat dengan tidak berbelanja pakaian baru demi tenang dan tuntasnya kuliah Obama. Manakala Senator Illinois itu berjuang mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat, lagi-lagi sang nenek memberi landasan dukungan dengan menghimpun komunitas yang mau berdiri di belakang Obama. Lebih dari itu, perempuan renta yang terbujur lemah di bilik pesakitan ini menjadi pemberi ilham dan penyemangat tersetia Obama sekaligus yang merekatkan Obama pada akar sosialnya, masyarakat dan kultur Amerika. Berkat neneknyalah Obama mengenal Grand Canyon, Yellowstone, Disneyland dan Chicago, kota yang pertamakali mengasah untuk kemudian membesarkan kemampuan politiknya serta tempat di mana ia menemukan pilihan Tuhan untuk dirinya, Michelle sang istri. Adiknya yang setengah Indonesia, Maya Soetoro-Ng, mengatakan banyak dari kualitas kepribadiaan Obama dibentuk dan diasah oleh nenek mereka yang sebenarnya setia mengikuti setiap kampanye Obama. "Dari nenek kami, dia mendapatkan pragmatismenya, kemapanan berpikir, dan kemampuan untuk bertahan menghadapi badai. Kepekaan dan ketaksukaannya untuk beromongkosong berasal dari nenek," kata wanita bernama lengkap Maya Kassandra Soetoro ini kepada Associated Press (21/10). Meskipun Obama telah menempuh ribuan mil dari apartemennya di Honolulu tempat neneknya membesarkannya, Obama sadar bahwa neneknyalah yang telah membentuknya sampai sebesar sekarang dengan selalu menanamkan pentingnya pendidikan, bekerja keras, berhemat, pragmatis dan toleran. "Di luar ibunya, saya kira tak ada pribadi yang lebih penting dari neneknya yang telah membangun karakter Obama," kata David Mendell. Kini, mantan eksekutif bank berusia 85 tahun ini "sakit parah" setelah jatuh dan patah tulang pinggulnya hingga beberapa laporan menyebutkan ia mungkin tak akan bisa menyaksikan hasil Pemilu 4 November nanti yang mungkin dimenangkan cucunya. "Aku kira Madelyn sadar dia adalah bagian terpenting dalam proses pembentukan seorang pemuda cemerlang. Saya ragu dia tidak terkejut melihat betapa cucunya telah melangkah sejauh dan secepat ini. Tapi dia sungguh menikmati pencapaian cucunya itu," kata Charles Payne. Sehari lalu, kubu Obama mengonfirmasikan keterangan bahwa si cucu akan kembali ke akarnya dan membatalkan jadwal kampanyenya Kamis atau Jumat nanti untuk mudik ke Hawaii di mana adik perempuannya yang ia sayangi, Maya Soetoro-Ng, tengah merawat nenek tercinta mereka, Madelyn Payne Dunham. (*)

Oleh Oleh A. Jafar M. Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008