Yogyakarta, (ANTARA News) - "Saya ingin perubahan karena saya tidak tahan melihat penderitaan rakyat yang saat ini masih banyak yang miskin dan menganggur padahal reformasi sudah berjalan sepuluh tahun," kata Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Selasa petang. Usai menyampaikan kesediaannya maju sebagai capres pada "pisowanan agung" (pertemuan akbar rakyat dan raja) di alun-alun utara Yogyakarta, ia menilai sejauh ini tidak ada perubahan fundamental yang menjadikan bangsa ini maju dan sejahtera dengan pemerintahan yang akuntabel. "Selama masih seperti itu bangsa ini tidak akan kompetitif menghadapi tantangan masa depan. Karena itu kita harus mengubah strategi, dan jika rakyat ingin perubahan, mari kita bersama-sama melakukannya," katanya. Sultan kemudian menegaskan, "Apa artinya Hamengku Buwono jika diminta menjadi presiden tetapi rakyat sendiri tidak ingin perubahan. Saya ingin menjadi agen perubahan itu". Meskipun baru sebatas menyatakan bersedia maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilihan presiden (pilpres) 2009 pada pisowanan agung (pertemuan akbar rakyat dan raja), namun Sultan tidak mempersoalkan kalah atau menang dalam pertarungan politik tahun depan. "Atas permintaan rakyat Yogyakarta, saya bersedia maju sebagai capres. Jika kalah tidak masalah, tidak perlu merasa turun harga diri, apalagi merasa malu. Logika saya tidak seperti itu. Tetapi sebaliknya kalau menang janganlah sombong, karena semua adalah amanah," katanya. Dalam pisowanan agung, hadir puluhan ribu rakyat DIY serta sejumlah daerah di sekitarnya yang ingin mendengar langsung pernyataan Sultan bersedia maju sebagai capres dalam pilpres 2009. Sebelum Sultan menyampaikan kesediaannya, acara diisi berbagai atraksi seni, penampilan artis dan orasi politik sejumlah elemen masyarakat. Sultan pada kesempatan itu menyatakan ingin mengubah cara pandang sebagian masyarakat DIY. "Saya memang sultan, tetapi bukan wong agung seperti 100 tahun lalu, dan Yogyakarta sekarang telah menjadi bagian dari republik," katanya. "Saya harus mendukung demokratisasi karena saya seorang demokrat. Saya juga harus bisa berfungsi sebagai agen perubahan dan harus pula bisa menjadi teladan," katanya. Kata Sultan, yang harus dipahami juga bahwa Sultan adalah juga seorang warga bangsa yang tunduk pada demokrasi di mana kedaulatan ada di tangan rakyat. "Saya berharap dengan kesediaan saya maju sebagai capres, masyarakat Yogyakarta siap mendukung demokratisasi," katanya. Soal peluang sebagai capres, Sultan menyatakan keyakinannya karena masih ada proses kristalisasi di masyarakat dan partai politik (parprol). "Parpol rata-rata memang akan menentukan pilihan setelah hasil pemilihan umum legislatif, dan saat ini saya hanya menjawab pertanyaan masyarakat apakah bersedia maju atau tidak maju sebagai capres, dan saya menyatakan bersedia," katanya. Langkah selanjutnya, kata Sultan, akan melihat perkembangan perolehan suara parpol dan dirinya belum bisa memperkirakannya apalagi pembahasan RUU Pilpres belum selesai termasuk posisinya sebagai Gubernur DIY apakah akan mundur atau tidak. Draft RUU Pilpres yang diajukan pemerintah kepada DPR menyebutkan jika pejabat negara hasil pemilihan yang akan maju sebagai capres tidak perlu mundur tetapi hanya minta zin cuti agar tidak menggunakan fasilitas negara. "Bagi pejabat negara yang bukan hasil pemilihan harus mengundurkan diri. Saya tidak tahu keputusan RUU Pilpres nanti. Apakah klasifikasi saya itu termasuk pejabat negara hasil pemilihan atau tidak, saya hasil perpanjangan jabatan. Kalau itu dianggap pejabat negara bukan pemilihan dan harus mengundurkan diri, kemungkinan akan saya pertimbangkan untuk melakukannya," kata Sultan. Ditanya apakah siap juga menjadi calon wakil presiden (cawapres), Sultan menyatakan dirinya belum berpikir soal itu karena ke depan masih akan kristalisasi dalam proses politik. "Sedangkan untuk calon independen, saat ini masih tidak mungkin karena harus mengamandemen undang undang, jadi semua pencalonan harus melalui parpol," katanya. Sultan menegaskan kembali bahwa yang menjadi dasar bagi dirinya bersedia maju sebagai capres adalah ingin mengabdi dan bukan mencari kekuasaan. "Motivasi dan keputusan saya untuk maju setelah saya bertanya dulu pada diri dan nurani sendiri, apakah saya mampu mengabdi yang tidak hanya untuk rakyat DIY saja tetapi juga untuk bangsa dan negara, apakah saya sanggup untuk mengabdi dengan segala pengorbanan, keihlasan," katanya. Dikatakannya, "Setelah saya merasa mampu saya kemudian bertanya kepada istri dan anak-anak apakah bersedia berkorban demi bangsa, dan mereka menyatakan bersedia dan mendukung saya".(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008