Jakarta (ANTARA News) - Kemenangan Barrack Obama yang terpilih sebagai presiden Amerika Serikat ke 44 pada 4 November 2008 waktu AS atau Rabu 5 November (WIB), bisa dianggap mendobrak tradisi AS bahwa kelompok minoritas (kulit berwarna) bisa menjadi kepala negara di negara yang selama ini dipimpin oleh kepala negara berkulit putih. Pendapat tersebut disampaikan oleh Nurhayati Ali Assegaf, politisi dari Partai Demokrat (Indonesia) yang mengikuti tayangan langsung detik-detik penentuan pemilihan presiden AS dalam diskusi di Newseum Cafe di Jakarta. "Dengan mendobrak tradisi AS ini, maka kelak bisa diharapkan negara tersebut bisa menerima perempuan sebagai presiden," kata Nurhayati yang sehari-hari bertugas sebagai staf khusus Ibu Negara Ani Yudhoyono itu. Kemenangan Obama (Demokrat) melawan kandidat kuat partai Republik, John McCain ini membuka sejarah baru di AS. Banyak orang bukan hanya di Negeri Paman Sam itu saja tetapi juga di negara-negara lain yang berharap bahwa kemenangan Obama akan membawa angin segar perubahan bagi AS dan dunia. Perubahan yang dimaksud adalah dalam cakupan yang luas seperti pada aspek politik, hubungan antarnegara, ekonomi dan sosial. "Tentu tidak segera, tetapi bisa diduga dan diharapkan bakal terjadi perubahan yang positif,"kata Nurhayati. Dengan kemenangan Obama (47) ini terjadi perubahan persepsi dunia terhadap AS yang juga bisa dilihat sebagai kritik terhadap masa lalu AS tentang cara negara itu menjalankan demokrasi, kata Taufik Rahzen yang menyelenggarakan diskusi mengenai pemilihan presiden AS. Ada harapan berembus "angin segar" bagi hubungan AS-Indonesia, katanya dalam Kegiatan diskusi dan jamuan pagi yang berlangsung sejak pukul 06.30 WIB dan direkam oleh jaringan televisi NBC itu. Menurut dia, dampak psikologis kemenangan Obama akan dirasakan cukup luas, selain membuktikan penerimaan masyarakat AS terhadap etnik minoritas, juga membuktikan bahwa orang muda pun mendapat tempat serta mengubah citra Partai Demokrat AS. Obama berasal dari kelompok etnik minoritas Afro-Amerika pertama yang bisa menjadi kandidat dan terpilih sebagai presiden AS, ia juga tergolong berusia muda dan berhasil mengalahkan politikus senior berkulit putih. Ini membuktikan bahwa demokrasi memang berjalan di AS yang selama bertahun-tahun tidak memberi kesempatan kepada kandidat kulit berwarna bahkan juga dari kelompok perempuan. Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 60 orang dari berbagai kalangan, muda dan tua, politikus, seniman, pebisnis itu juga diungkapkan bahwa di bawah kepemimpinan Obama, hubungan Indonesia-AS diperkirakan makin membaik. "Fakta sejarah bahwa Obama pernah tinggal di Indonesia seperti halnya di Kenya, menjadikan banyak warga di dua negara itu berharap terdapat pengaruh pada hubungan baik antar negara," kata Taufik Rahzen. Perubahan pula yang diserukan Obama dalam pidatonya "Perubahan telah datang di Amerika". Kemenangan Obama juga diduga membawa dampak dalam kancah politik di Indonesia, paling tidak para politikus dan partai politik bisa mempelajari strategi dan manajemen kampanye Obama yang tertata rapi dan terorganisir. Seperti sudah memprediksi Obama bakal meraup kemenangan, di samping layar lebar yang digunakan untuk menayangkan siaran langsung pemilihan presiden AS pada diskusi itu, tergantung lukisan potret diri Barack Obama berukuran 2 X 2 meter, hasil karya pelukis kondang Galam Zulkifli. "Jika Obama tidak menang, ya tidak apa-apa, tapi buktinya ia menang." kata Taufik Rahzen tentang lukisan tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008