Jakarta (ANTARA News) - Dalam lebih kurang tiga tahun terakhir masa jabatannya yang kedua di Gedung Putih, George Walker Bush dicibir dan dijauhi banyak orang, termasuk para sekutunya. Di dalam negeri ia tak henti menjadi sasaran olok-olok media massa, disindir para selebritis dan terus-terusan dikecam para politisi Demokrat, tetapi jangan harap dia mendendam dengan itu semua, setidaknya dari apa yang terlihat di permukaan. Meski sebentar lagi tak akan lagi menjadi Presiden AS, ia tetap orang sangat kaya dan amat berkuasa di AS. Namun, seperti umumnya para pemimpin AS yang melihat perbedaan politik haram hukumnya menyisihkan kepentingan rakyat dan negara, Bush bersikap sportif. Ia mengakui kemenangan lawan dari kawannya (John McCain), menyambut hangat orang yang selama dua tahun terakhir ini paling getol mengkritiknya (Barack Hussein Obama), dan bahkan mengakui kesalahan-kesalahan politiknya. Baru-baru ini, dalam wawancaranya dengan CNN, Bush menyatakan penyesalannya atas berbagai kebijakan yang dinilai sebagian besar rakyat Amerika Serikat sebagai kontroversial. Salah satu yang ia sesali adalah mengatakan Perang Irak telah selesai dengan kemenangan berada di pihak AS dan para sekutunya, padahal 152 tentara AS justru bertahan di Irak. "Mereka (pasukan AS) diberi aba-aba (dari saya) bahwa "Misi Telah Selesai." Saya menyesal telah menyampaikan pesan itu," kata Bush. Menurut Bush, pesan itu sebenarnya ditujukan kepada Angkatan Laut AS, tidak untuk tentara yang bertugas di daratan. Mengenai kemenangan Obama, dengan terbuka Bush menyebut kemenangan itu sebagai hal penting demi masa depan rakyat dan bangsa Amerika. Sebaliknya, dia tak begitu menunjukkan kekecewaaan jagoannya (McCain), kalah dalam kontes politik akbar AS itu. "Kemenangan itu baik untuk negeri kita bahwa rakyat memiliki harapan pada negaranya dan merasa terjamin masa depannya dan Presiden terpilih Obama mempunyai satu kesempatan besar (untuk mewujudkan harapan rakyat itu)," kata Bush. "Saya sungguh mendoakannya (Obama) untuk semua hal terbaik. Adalah baik untuk negeri kita ini, presiden (Obama) berhasil dalam tugas-tugasnya." Bush akan meninggalkan Gedung Putih sebelum tanggal 20 Januari 2009 dan selama dua bulan lebih ini ia masih menjadi Presiden AS tetapi tidak bisa lagi sepenuhnya menggenggam kekuasaan karena harus selalu berkonsultasi dengan Obama. Oleh karena itu, masa dua bulan lebih ini disebut sebagai pemerintahan peralihan. Mengenai masa transisi ini Bush juga bersikap sportif. "(Pemerintahan) transisi yang kami kerjakan bersamanya (Obama) adalah upaya sungguh-sungguh kami untuk membantunya menghadapi tekanan-tekanan dan kompleksnya masalah seputar kepresidenan," jelas Bush. Kemarin Obama mengunjungi Bush di Gedung Putih dalam sebuah awal simbolik untuk memulai pengalihan kekuasaan sebelum Obama dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 pada 20 Januari 2009. Bush memang menolak mengungkapkan kebijakan-kebijakan apa saja yang dia diskusikan dengan Obama selama kunjungan Senin itu, namun ia bersedia membagi masalah-masalah non politik kepada CNN, terutama seputar keluarga Obama. Kepada CNN, Bush menyatakan Obama menanyainya perihal apakah kedua gadis kecilnya bisa betah di Gedung Putih. Bush mengungkapkan, Obama meminta Bush menunjukkan di manakah kamar tidur dua anak gadisnya nanti. "Jelas sekali si bung ini (Obama) ingin membawa suasana kekeluargaan ke Gedung Putih," kata Presiden Bush. "Saya mengerti bahwa anak-anaknya selalu berada dalam pikirannya dan ia ingin meyakinkan dirinya bahwa dia adalah seorang ayah yang baik," papar Bush. George Bush sendiri tidak ditekan untuk mengundang Obama berkunjung ke Gedung Putih lebih awal dari biasanya, padahal selama dua bulan ke depan dia tetap Presiden negara adidaya itu. Bushlah yang justru berinisiatif mengundang Obama ke Gedung Putih dan dia tidak melakukan itu untuk dirinya saja, tetapi demi meneruskan tradisi memesankan kesatuan dan keutuhan nasional serta pembelajaran moral pada rakyatnya. Sebelum ia memutuskan mengundang Obama, dia tidak mencari pandangan dari teman-temannya seperti Wakil Presiden Dick Cheney, setidaknya seperti yang terungkap di media massa selama ini. Dia justru mengundang Obama setelah berkonsultasi dengan bekas lawan ayahnya selama Pemilu beberapa waktu sebelumnya, Bill Clinton. "Bill, saya siap bertemu dengan presiden baru dan saya ingat sekali betapa anda sangat ramah pada saya (Bill mengundang Bush yang saat itu memenangkan Pemilu). Dan saya harap saya bisa menyambut presiden terpilih Obama seramah yang anda tunjukan pada saya dulu," ungkap Bush. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008