Jakarta (ANTARA News) - Ketua umum perbanas Sigit Pramono mengatakan, saat ini diperlukan manajemen likuiditas yang lebih baik terkait semakin ketatnya likuiditas. "Manajemen likuiditas saat ini penting sebab likuiditas yang semakin ketat," katanya di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan, saat ini masing-masing perbankan memiliki likuiditas yang cukup. Namun demikian, perbankan saat ini fokus kepada masing-masing. Sehingga membuat pasar di Interbank ketat. Sebelumnya Deputi Gubernur Senior Muliaman D Hadad mengatakan, pihaknya saat ini terus mewaspadai likuiditas di perbankan. "Jangan sampai masalah likuiditas merembet ke masalah solvency," katanya. Untuk itu menurut dia, pihaknya terus mengupayakan agar perbankan tidak memiliki hambatan terhadap akses sumber-sumber likuiditas. Direktur Biro Info Bank mengatakan, keketatan likuiditas yang terjadi saat ini tidak hanya di Indonesia tapi juga di banyak negara. Sehingga, saat ini menurut dia, perebutan Dana pihak ketiga untuk memenuhi likuiditas perbanakn bukan lagi hanya antar bank domestik, namun bank-bank asing seperti singapura juga mengincar dana pihak ketiga di Indonesia. Menurut dia, krisis likuiditas di perbankan bisa menjadi transmisi krisis. "Kekurangan likuiditas berarti akan membuat perbankan susah untuk melakukan fungsinya dalam penyaluran kredit ke sektor riil," katanya. BI sendiri untuk melonggarkan likuiditas telah mengubah aturan giro wajib minimum (GWM) dengan menetapkan GWM rupiah sebesar tujuh setengah persen serta menurunkan GWM valuta asing dari tiga persen menjadi satu persen. Selain itu, BI juga menyediakan berbagai fasilitas menunjang likuiditas perbankan seperti fasilitas pendanaan jangka pendek. Fasilitas tersebut dapat digunakan bank dengan menggadaikan surat berharga seperti Surat Utang Negara (SUN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bahkan kredit lancar yang dimiliki.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008