Tokyo (ANTARA News) - New JICA (Japan International Cooperation Agency), lembaga baru yang mengurusi berbagai bantuan luar negeri Jepang ternyata sama sekali belum memutuskan kebijakan apapun mengenai permohonan standby loan (pinjaman siaga) yang diminta Indonesia.

Lembaga baru hasil merger JICA dan JBIC (Japan Bank for International Cooperation) itu kepada ANTARA News di Tokyo, Selasa, menyatakan pihaknya belum mengambil kebijakan apapun termasuk memberikan jaminan bagi kebutuhan Indonesia akan pinjaman siaga tersebut.

Dirjen Urusan Media New JICA Juro Chikaraishi menyatakan, pihaknya mengakui ada pertemuan antara pimpinan New JICA dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, namun sama sekali belum ada keputusan, apalagi sampai memberikan jaminan akan pinjaman siaga tersebut.

"Pertemuan keduanya juga hanya membicarakan hal-hal yang umum, meskipun bantuan bagi Indonesia bisa saja diberikan mengingat kerjasama yang erat selama ini antara pemerintah Jepang dan Indonesia," katanya.

Selama berada di Jepang, Jumat (28/11), Menkeu Sri Mulyani bertemu dengan pimpinan dari New JICA, kementrian luar negeri dan kementrian keuangan Jepang. Setelah itu sore harinya langsung bertolak meninggalkan Tokyo.

Menkeu Sri Mulyai pergi ke Jepang dalam rangka mengamankan neraca pembayaran Indonesia yang mengalami defisit. Kepada wartawan ia mengaku, Jepang bersedia membantu Indonesia dalam menghadang dampak krisis keuangan global yang diperkirakan masih akan terus berlanjut.

"Pemerintah Jepang memahami dan mendukung permintaan Indonesia, terutama mengenai dukungan dari sisi budget support," kata Sri Mulyani usai rapat kabinet terbatas di Istana Merdeka, Senin (1/12).

Indonesia dapat memanfaatkan fasilitas likuiditas dari Asean+3 dalam kerangka Chiangmai Inisiative untuk dukungan cadangan devisa ataupun pembiayaan defisit APBN 2009 dari Jepang

Indonesia memang sangat mengharapkan pinjaman bilateral, terutama dari Jepang. Negara yang tidak pernah cerewet dalam menolong Indonesia setiap kali menghadapi krisis ekonomi. Namun Jepang sendiri kini mengalami resesi yang diperkirakan akan terus berlangsung hingga dua tahun mendatang.

Untuk memastikan diperolehnya pinjaman siaga tersebut, setelah Menkeu, pemerintah Indonesia juga mengutus Menteri Perdagangan Mari Pangestu yang tiba di Tokyo pada Senin (1/12). Mari Pangestu kali ini bertemu Menlu Hirofumi Nakasone dan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Toshihiro Nikai. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008