Bandung,  (ANTARA News) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Bandung Raya menilai penurunan harga premium sebesar Rp500 tidak berdampak bagi rakyat.  Bahkan terindikasi ada mafia perminyakan yang memperburuk situasi, karena itu pemerintah perlu mengambil tindakan tegas. "Penurunan harga premium itu tak menurunkan harga bahan pokok, padahal kenaikan BBM beberapa lalu lambungkan harga-harga kebutuhan pokok," kata Koordinator Aksi BEM Bandung Raya, M Sholahudin dalam aksi damai di depan Gerbang Gedung Sate Kota Bandung, Kamis. Dalam aksinya, para mahasiswa itu menggotong miniatur SPBU ke depan Gerbang Kantor Gubernur dan DPRD Jawa Barat itu. Selain itu mereka menganggap penirunan harga premium sebesar Rp500 itu tak akan berarti apa-apa bila tidak diikuti dengan penurunan harga BBM lainnya seperti minyak tanah dan solar. BEM Bandung Raya juga mengkritisi pemerintah dan Pertamina selaku operator penyaluran BBM atas menghilangnya premium dari beberapa SPBU pada saat penurunan harga premium dari Rp6.000 menjadi Rp5.500 pada 1 Desember 2008 lalu. "Hal itu mengindikasikan mafia perminyakan masih merajalela dan tidak ada langkah tegas dari pemerintah untuk menindaknya," kata Sholahudin. BEM Bandung Raya menuntut pemerintah untuk tegas dan segera menurunkan harga BBM, nasionalisasi aset-aset penting nasional dan menuntut pemberantasan mafia perminyakan dan perbaikan regulasi perminyakan. Aksi yang digelar sekitar 20 mahasiswa itu mendapat pengamanan dari Dalmas Polresta Bandung Tengah. Polisi juga menjaga Kantor Pertamina Jalan Bandung di Jalan Wirayudha Kota Bandung.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008