Mumbai, (ANTARA News) - Kepolisian India pada hari Minggu melanjutkan pemeriksaan terhadap dua  warga mereka yang ditahan karena diduga membantu kelompok pelaku serangan-serangan di Mumbai.

Dutabesar Pakistan untuk Inggris mengatakan, para pejabat negaranya khawatir India merencanakan serangan militer setelah mengatakan bahwa, semua penyerang, yang menewaskan 163 orang dalam aksi pengepungan tiga hari, berasal dari Pakistan.

Amerika Serikat mengirimkan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice ke India dan Pakistan pekan lalu untuk meredakan ketegangan-ketegangan antara kedua negara, yang keduanya miliki senjata nuklir dan pernah terlibat tiga kali perang sejak 1947.

"Ada bukti tidak langsung bahwa India bermaksud akan melakukan serangan kilat terhadap Pakistan, untuk memberi pelajaran kepadanya," kata Wajid Shamsul Hassan, komisioner tinggi Pakistan di London kepada BBC.

"Ini adalah apa yang kami katakan kepada teman-teman kami, bahwa akan ada kemungkinan serangan kilat di beberapa daerah yang mereka curigai sebagai kamp-kamp latihan, suatu serangan udara atau sesuatu yang sifatnya singkat," katanya.

Hassan mengatakan, dia mengingatkan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari atas bahaya ini dan Islamabad cemas terhadap disahkannya pejabat-pejabat AS dan Inggris yang akan campurtangan untuk menenangkan situasi, menurut BBC.

Pakistan telah berkali-kali menyebutkan 'bukti nyata' dari India, yang mengatakan bahwa satunya orang bersenjata yang ditangkap hidup-hidup mengakui bahwa para penyerang datang dari seberang perbatasan. Sembilan gerilyawan juga tewas dalam aksi pengepungan tersebut.

Polisi India Jum'at menahan dua orang yang diduga memberikan kartu SIM telepon seluler kepada para penyerang. Kedua orang tersebut, diyakini akan menjadi orang-orang yang ditahan sebagai bagian dari orang-orang bersenjata yang ditangkap, yang diperiksa Sabtu.

Salah seorang dari orang-orang tersebut dilaporkan berasal dari Kashmir, yang membagi antara India dan Pakistan, namun diakui oleh keduanya. Kedua orang itu mengatakan berkebangsaan India.

Kecurigaan dalam serangan-serangan Mumbai jatuh pada Lashkar-e-Taiba, yakni kelompok gerilyawan Islam di Pakistan yang berperang melawan pemerintah India di
 Kashmir, dan menuding menyerang parlemen India pada 2001.

Pakistan, sekutu dekat AS dalam 'perang terhadap teror'  terlibat perang sengit dengan gerilyawan Islam yang diklaim telah menewaskan ribuan orang, namun para pejabat menolak tuduhan-tuduhan bahwa pemerintah mendukung kelompok-kelompok teror.

Namun unsur-unsur di negara yang dinas intelijennya kuat itu secara luas dicurigai berkaitan setidaknya dukungan secara diam-diam kepada beberapa kelompok militan, dan beberapa suratkabar India mengatakan bahwa dinas intelijenlah yang justru melatih orang-orang bersenjata Mumbai.

"Posisi kami adalah bahwa kami selalu dan masih menjadi korban terorisme," kata Zardari, presiden Pakistan.

Serangan dengan senjata-senjata mesin dan granat itu ditargetkan pada hotel-hotel, pusat kebudayaan Yahudi, stasiun kereta api besar, satu rumahsakit dan tempat-tempat lain di Mumbai, ibukota keuangan India.

Serangan tersebut menewaskan 172 orang, termasuk sembilan orang bersenjata, dan lebih dari 300 orang lainnya cedera.

Laporan-laporan media India menyatakan, seorang pelaku operasi Lashkar yang dicurigai ditahan pada Februari lalu ketika melakukan misi mata-mata di Mumbai, termasuk di stasiun kereta api. Beberapa mengatakan, dia membawa-bawa peta tempat-tempat penting Mumbai.

Di Wina, para pejabat mengatakan, mereka menemukan laporan-laporan penyelidikan bahwa para gerilyawan itu menggunakan beberapa telepon seluler Austria dalam pengepungan.

Penjagaan keamanan ketat masih dilakukan di bandara-bandara besar di India setelah ada peringatan-peringatan pembajakan pesawat, sementara polisi siaga berkaitan dengan peringatan pembongkaran sebuah mesjid di utara negara itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008