Palembang (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Provinsi Sumatera Selatan mengeluhkan harga beli gula kemasan pada distributor sudah melewati Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sehingga membuat peritel kini enggan menjual produk tersebut di wilayah Sumatera Selatan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Sumsel Hasannuri di Palembang, Selasa, mengatakan, kondisi ini membuat lebih dari separuh total jaringan ritel di daerah itu tidak menjual gula ke konsumen.

"Hingga kini pemerintah belum meninjau HET, sementara harga gula ini naik terus. Anggota Aprindo merasa tidak mendatangkan hasil, sehingga untuk sementara tidak jual gula," katanya.

Baca juga: Aprindo prediksi ritel masih akan sesuaikan bisnis model hingga 2020

Menurutnya, terdapat lebih dari 1.000 jaringan ritel yang beroperasi di Kota Palembang dengan mayoritas merupakan jaringan waralaba Alfamart dan Indomaret.

Hasannuri mengatakan selama ini, peritel di Palembang menjual gula yang merupakan stok di gudang. Begitu pasokan tersebut habis membuat peritel memilih untuk tidak menjual komoditas tersebut.

"Mungkin selama ini stok di gudang ritel masih ada. Makanya untuk sementara tidak jual gula. Itulah penyebab utamanya," katanya.

Baca juga: Bulog gandeng Aprindo distribusi beras medium ke masyarakat

Ia mengatakan langkah tersebut ditempuh peritel hingga mereka merasa tidak rugi untuk menjual gula ke konsumen.

“Tidak mungkin kami jual gula di bawah harga beli, kami bukan yayasan sosial," ujar dia.

Hasannuri menambahkan asosiasinya berharap pemerintah dapat meninjau kembali HET gula dan bernegosiasi dengan suplier maupun distributor terkait margin yang dikutip.

Berdasarkan pantauan Antara di sejumlah toko modern pada Selasa terjadi kenaikan harga gula curah dan gula kemasan merek SPM menjadi Rp13.000--Rp14.000 per kg, dari semula sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang senilai Rp12.500 per kg.

Hilangnya gula kemasan di pasar modern ternyata telah berdampak pada kenaikan harga gula curah dari Rp13.000 menjadi Rp14.000 per kg.


 

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020