Jakarta (ANTARA News) - Pengerjaan sarana pengendalian banjir di Jakarta melalui pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) dan normalisasi Banjir Kanal Barat (BKB), hingga saat ini mencapai sekitar 40 persen.

"Pembangunan BKT dan normalisasi BKB, pada saat ini progresnya mencapai sekitar 40 persen," kata Asisten Deputi Menko Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Hafil Widianto, di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, koordinasi/sinkronisasi kebijakan pengendalian banjir merupakan salah satu isi Inpres 5/2008 tentang Fokus Program Pembangunan Ekonomi 2008-2009.

Selain memantau dan mengevaluasi upaya pengendalian banjir di Jakarta, menurut Hafil, pihaknya juga memantau dan mengevaluasi pengendalian banjir di berbagai daerah aeperti daerah aliran sunga Brantas, Bengawan Solo, dan Sungai Deli di Medan.

Khusus di Jakarta, pengerjaan normalisasi BKB dan pembangunan BKT dimulai tahun 2007 dan ditargetkan dapat diselesaikan pada 2009.

"Pada saat ini progresnya mencapai 40 persen, 2009 akan diselesaikan dan banjir di Jakarta bisa dikurangi," kata Asisten Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah untuk Urusan Infrastruktur Sumber Daya Air itu.

Menurut dia, banjir di Jakarta dapat dikurangi dengan catatan juga ada penanganan non teknis di luar Jakarta (daerah hulu) seperti konservasi daerah aliran sungai yang melibatkan Dephut dan Deptan.

BKB adalah saluran pengendali banjir yang memotong/membagi aliran Sungai Ciliwung mulai Pintu Air Manggarai melintas di bagian tengah DKI Jakarta sepanjang 17,5 km dan bermuara di Muara Angke.

Sedangkan BKT adalah saluran pengendali banjir sepanjang 23,5 km yang akan membentang dari Kelurahan Cipinang Besar Selatan ke arah timur melewati kelurahan Cipinang Muara, Pdk Bambu, Duren Sawit, Pdk Kelapa, Malaka Sari, Malaka Jaya, Pondok Kopi, serong ke arah timur laut melewati Kel. Pulogebang, kemudian belok ke utara melewati Ujung Menteng, Cakung Timur, Rorotan, dan bermuara di Kel Marunda (total melewati 13 kelurahan).

Sementara itu dalam pemantauan pengendalian banjir di aliran sungai Bengawan Solo, menurut Hafil, fokus perhatian Inpres 5/2008 adalah konservasi di hulu Bengawan Solo.

"Ada usulan perlunya sekretariat tetap untuk memanatau dan mengevaluasi pelaksanaan program-program lintas sektoral agar dapat diwujudkan paling tidak pada 2009," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008