Yogyakarta (ANTARA News) - Menyambut tahun baru Jawa 1 Suro 1942 Je, Sabtu malam, sebagian masyarakat masih melakukan tradisi "topo bisu mubeng beteng", yakni berjalan mengelilingi beteng Kraton Yogyakarta dengan tidak berkata-kata.

Ritual Topo Bisu Mubeng Beteng yang diikuti sekitar seribu warga masyarakat ini dilepas oleh kerabat Kraton Yogyakarta, GBPH Joyo Kusumo dari Keben Kraton Yogyakarta.

Selanjutnya mereka berjalan kaki ke alun-alun utara dan menuju ke arah barat melalui daerah Ngabean dan kemudian ke selatan menuju ke `pojok beteng kulon` (benteng sisi barat) dan berjalan ke timur menuju `pojok beteng wetan` (timur).

Sesampai di pojok beteng wetan, peserta ritual yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu dan kaum muda ini melanjutkan berjalan ke arah utara menyusuri Jalan Brigjen Katamso dan kemudian belok kiri melalui Jalan Ibu Ruswo dan kembali ke alun-alun utara.

Selama berjalan kaki, peserta tidak mengeluarkan sepatah katapun dan hanya diam dengan tatapan mata lurus ke depan.

Ritual ini juga diikuti abdi dalem kraton Yogyakarta dan perwakilan dari masing-masing Kabupaten dan Kota di DIY.

Para perwakilan ini juga membawa panji-panji (bendera) dari masing-masing kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta.

Sementara itu, Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Poltabes Yogyakarta, Kompol Sujanto mengatakan pelaksanaan ritual tahun baru Jawa tersebut berlangsung aman dan lancar.

"Kegiatan tradisi masyarakat ini berjalan aman dan tidak terjadi gangguan keamanan yang berarti dan hanya mengakibatkan sedikit kemacetan arus lalu lintas," katanya. (*)
 

Copyright © ANTARA 2008