Jombang (ANTARA News) - Jumlah korban tewas di tempat praktik Muhammad Ponari (9), dukun cilik di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur hingga Senin malam mencapai empat orang.

Korban terakhir yang meninggal dunia akibat terinjak-injak ribuan pasien adalah Marwi, warga Desa Ngronggot, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang.

Sebelumnya sudah ada tiga orang yang meninggal dunia akibat berdesak-desakan saat mengantre berobat di tempat praktik Ponari, yakni Nurul, warga Jombang; Rumiyati, warga Purwoasri, Kabupaten Kediri; dan Mukhtasor, warga Kanigoro, Kabupaten Blitar.

"Hingga malam ini jumlah korban yang meninggal dunia tercatat empat orang," kata Kepala Polres Jombang, AKBP M. Khosim.

Menurut dia, korban terakhir atas nama Marwi adalah penjual kacang yang sedang menggelar dagangannya di tengah kerumunan massa. Marwi meninggal dunia, Senin petang sekitar pukul 17.00 WIB akibat terinjak-injak.

Sedang menurut keterangan Mahfud, famili korban, sebelumnya Marwi menderita sesak nafas dan pernah mendapat pengobatan dari dukun cilik itu beberapa waktu sebelumnya.

"Memang tadi pagi saya melihat dia membawa barang dagangannya. Tapi saya tidak tahu apakah dia meninggal saat sedang berjualan atau saat sedang mengantre berobat," kata Mahfud.


Tutup sementara

Akibat semakin banyaknya korban yang berjatuhan, petugas menutup tempat praktik dukun cilik di Dusun Kedungsari itu. "Karena jumlah pasien yang datang terus membludak, terpaksa tempat praktik itu kami tutup untuk sementara waktu," kata Kepala Polsek Megaluh, AKP Sutikno.

Selanjutnya pihak Polres Jombang, Kodim 0814 Jombang, aparat desa setempat, dan Pemkab Jombang menggelar rapat koordinasi guna membahas masalah itu, Selasa (10/2).

Sebelumnya Kepala Polres Jombang, AKBP M. Khosim, berencana memindahkan tempat praktik Ponari di tempat yang lebih layak. Namun permintaan itu ditolak oleh pihak keluarga Ponari.

Hampir setiap hari 50.000 lembar nomor antrean yang dikeluarkan oleh pihak panitia ludes jadi rebutan warga yang datang dari berbagai daerah.

Padahal dalam setiap hari Ponari hanya bisa mengobati 10.000 orang pasien mulai pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB. Sehingga banyak pasien yang terpaksa menginap di rumah-rumah warga di sekitar tempat praktik Ponari.

Muhammad Ponari (9), mulai dikenal dengan sebutan dukun cilik setelah tiga pekan lalu bocah ini hampir tersambar petir. Akibat peristiwa alam itulah, Ponari kemudian mendapatkan sebuah batu yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009