Jakarta (ANTARA) - Pelaksanaan kejuaraan bulu tangkis Indonesia Open 2020 terancam kena imbas penyebaran virus corona yang saat ini sudah dipastikan masuk Indonesia setelah ditemukan dua orang yang terjangkit virus asal China itu.

"Kita harus tetap waspada. Saat ini pelaksanaan tinggal tiga bulan lagi. Seharusnya persiapan sudah harus dilakukan," kata Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto di sela Rakernas NOC Indonesia di Jakarta, Senin.

Sesuai dengan jadwal kejuaraan bulu tangkis level 1.000 itu akan berlangsung di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 16-21 Juni. Dengan status kejuaraan level tertinggi dipastikan pebulu tangkis terbaik dunia dari berbagai negara bakal unjuk kemampuan.

Baca juga: Dibayangi corona, tim bulu tangkis tetap bertolak ke All England

Melihat perkembangan virus corona yang masuk Indonesia, Achmad Budiharto berharap tidak ada pembatalan pelaksanaan kejuaraan bergengsi tersebut. Namun, ia tetap memantau perkembangan penyebaran virus corona tersebut.

"Karena apapun yang seharusnya menjadi agenda, kami harus menjaga keselamatan dan kesehatan pemain serta ofisial. Saya berharap semoga Indonesia Open bisa berjalan sesuai jadwal tanpa kendala," kata pria yang akrab dipanggil Budi itu.

Baca juga: Dua turnamen bulu tangkis Eropa ditunda terkait virus corona

Atas merebaknya virus corona, PBSI langsung melakukan koordinasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berikut pihak terkait seperti Kementerian Kesehatan supaya bisa memberikan izin dan perlindungan pelaksanaan Indonesia Open 2020.

"Hari ini kami mengirim surat ke pemerintah, dalam hal ini Kemenpora untuk meminta arahan dan jaminan izin agar Indonesia Open tetap bisa berjalan sesuai jadwal," kata Budi menegaskan.

Jaminan perlindungan sendiri, kata Budi tidak hanya untuk atlet dan tim pendukungnya namun juga untuk melindungi penonton maupun masyarakat Indonesia yang selama ini menjadi pendukung setia pebulu tangkis Indonesia.

Baca juga: Bebas dari virus corona, China siap kembali bertanding

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020