Palembang (ANTARA News) - Para aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) menyampaikan sikap keprihatinan atas kejadian beruntun, warga yang tewas setelah diterkam harimau sumatera terus berlangsung di kawasan hutan sejumlah wilayah di Sumatera.

Informasi terakhir, satu lagi warga--diduga juga sedang melakukan aktivitas pembalakan liar di hutan--dilaporkan tewas akibat diterkam harimau sumatera liar di hutan Sungai Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan (Sumsel), Rabu.

Namun Humas Pemda Kabupaten Muba, Lingga, belum dapat menjelaskan secara detail peristiwa dan korban tewas itu.

Tapi diperkirakan lokasinya tidak berjauhan dengan tempat beberapa korban lain yang juga tewas akibat terkaman harimau di kawasan hutan wilayah Jambi yang berbatasan dengan daerah di Sumsel itu.

Kejadian beruntun warga tewas diterkam harimau Sumatera (pPanthera tigris sumatrae) di dalam kawasan hutan sejumlah provinsi di Sumatera (Aceh, Jambi, Riau, Sumsel), menurut para aktivis lingkungan hidup, perlu segera diatasi secara komprehensif.

Direktur Eksekutif WALHI Sumsel, Anwar Sadat menanggapi kejadian itu, menilai Pemerintah dalam hal ini Balai Konservasi Sumberdaya Manusia (BKSDA) yang tidak mampu memberi peringatan dini atau "early warning" kepada masyarakat.

Sadat menduga, justru tidak adanya peringatan dini itu akibat BKSDA sendiri tidak memiliki data akurat mengenai jumlah dan keberadaan satwa harimau di hutan wilayah kerja mereka.

Dia juga menilai, saat ini tempat hidup alami (habitat) harimau liar itu di hutan telah terganggu.

"Keberadaan harimau liar itu semakin tersingkir akibat penyempitan ruang hidup, karena aktivitas manusia, seperti perburuan, pemadatan penduduk dan ekspansi industri di sekitar dan masuk ke dalam kawasan hutan," ujar Sadat lagi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009