Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menarik utang luar negeri sebesar sekitar 3 miliar dolar AS untuk memperkuat cadangan devisa yang kini mencapai 53,7 miliar dolar AS.

Menurut Gubernur Bank Indonesia Boediono, cadangan devisa per Jumat yang mencapai 53,7 miliar dolar itu cukup untuk menopang stabilitas rupiah dan menjamin kebutuhan dolar AS.

Cadangan devisa pada Jumat telah meningkat dibandingkan dua hari lalu yang mencapai sekitar 50 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 3 miliar dolar AS.

"Cadangan devisa sudah meningkat lagi karena pinjaman pemerintah (ditarik). Per hari ini (Jumat, 6/3), cadangan devisa adalah 53,7 miliar dolar AS dan ini kita jadikan bagian dari cadangan devisa nasional," katanya di Jakarta seusai sholat Jumat.

Untuk memperkuat cadangan devisa ke depan, katanya, saat ini pihaknya dalam proses penyelesaian perjanjian bilateral swap arrangement (BSA) dengan Jepang untuk penguatan cadangan devisa. Menurut dia, dalam beberapa hari ke depan pihaknya akan segera menyelesaikan perjanjian BSA tersebut.

"Saya kira kita masih upayakan untuk negosiasi pasal-pasalnya. Dalam waktu dekat perjanjiannya selesai, ini soal administrasi saja," katanya.

BSA yang tengah dalam proses penyelesaian tersebut nilainya mencapai 12 miliar dolar AS atau meningkat 100 persen dibanding perjanjian sebelumnya yang hanya enam miliar dolar AS.

Ke depan, menurut dia, cadangan devisa juga akan mendapatkan dukungan dari penarikan pinjaman siaga (stand by loan) pemerintah senilai 5,5 miliar dolar AS. Saat ini, pihaknya tengah menantikan jadwal penarikan pinjaman tersebut.

"Nanti kita harapkan jadwal dari pemerintah untuk menarik dana stand by loan. Itu tergantung nanti kebutuhan pemerintah, tapi intinya sudah (pinjaman siaga ada dalam rencana anggaran pemerintah). Ini (pinjaman siaga) uang tunai, yang merupakan devisa, yang apabila masuk (ke Indonesia) akan manambah (cadangan devisa)," katanya.

Untuk itu, ia mengaskan, ke depan cadangan devisa cukup untuk menopang stabilitas rupiah serta memenuhi kebutuhan dolar AS di dalam negeri.

"Itu (pinjaman siaga) plus swap (BSA) yang kita upayakan saya kira itu cukup," katanya.

Boediono enggan berkomentar ketika ditanyakan adakah penjajagan perjanjian BSA dengan negara lainnya. "Saya tidak mau komentar tentang itu, dari Jepang kita selesaikan dulu," katanya.  (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009