Antananarivo (ANTARA News/AFP) - Serangan militer terhadap kantor kepresidenan Madagaskar bertujuan memaksa Presiden Marc Ravalomanana menyerahkan kekuasaan secepat mungkin, kata pemimpin militer negara itu kepada AFP, Senin.

"Kami menguasai kompleks kepresidenan untuk mempercepat pelengseran Ravalomanana," kata Kepala Staf Angkatan Darat Madagaskar Kolonel Andre Andriarijaona.

Ia menyampaikan pernyataan itu kepada AFP melalui telefon beberapa saat setelah sekitar 100 prajurit yang didukung tank menyerbu kantor presiden di ibukota negara itu, Antananarivo, yang membuat kekuasaan Ravalomanana semakin terancam.

Pemimpin militer itu mengatakan, belum ada rencana segera untuk melakukan operasi serupa terhadap istana presiden di luar pusat kota itu dimana presiden yang berusia 59 tahun itu dan sejumlah anggota pengawalnya yang setia bertahan.

"Kami menentang pertumpahan darah, dan karena itu kami tidak pergi ke sana sampai kami memperoleh jaminan mengenai niat pasukan pengawal presiden," katanya.

Pasukan pengawal presiden Madagaskar beranggotakan sekitar 500 orang namun sejumlah pejabat tinggi keamanan mengatakan kepada AFP pada Senin bahwa beberapa dari pasukan itu telah membelot dan bersekutu dengan angkatan darat.

Pemimpin oposisi Andry Rajoelina sebelumnya menolak tawaran Ravalomanana bagi penyelenggaraan sebuah referendum untuk menentukan perselisihan mereka yang telah berlangsung tiga bulan dan mendesak pasukan keamanan negara itu menangkapnya atas tuduhan "pengkhianatan tingkat tinggi".(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009