Seoul, (ANTARA News) - Korea Selatan harus mempertimbangkan merevisi persetujuan pertahanannya dengan Amerika Serikat yang melarang pengembangan rudal setelah Korea Utara meluncurkan roketnya, kata Perdana Menteri Korea Selatan Han Seung-Soo Senin.

"Suatu perjanjian dengan AS berlaku untuk jarak maksimal 300 kilometer untuk rudal kami," kata Han kepada parlemen, demikian diwartakan AFP.

"Karena itu perlu bagi Korea Selatan untuk meninjau kembali, apakah larangan-larangan demikian itu masih sesuai pada saat ini," katanya ketika para anggota parlemen menyerukan dilakukannya tindakan-tindakan untuk membalas ancaman rudal Korea Utara.

Korea Utara mengklaim bahwa pihaknya berhasil menempatkan satelitnya ke dalam orbit Ahad.

Namun AS dan Korea Selatan mengatakan, peluncuran tersebut gagal untuk menempatkan satelit itu ke dalam orbit.

Washington, Seoul dan Tokyo mengatakan, peluncuran itu sebenarnya kedok untuk uji coba rudal balistik antar benua Taepodong-2, yang mempunyai jangkauan maksimum secara teori bisa menghantam Alaska dan Hawaii, AS.

Peluncuran terakhir itu memicu keprihatinan Korea Selatan, yang tidak bergabung dengan AS dan Jepang dalam upaya-upaya untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal bersama.

Dalam kaitan itu, Taepodong-2 Korea Utara telah digelar untuk menghadapi ratusan rudal Scud dan Rodong dengan jangkauan maksimal 1.300 kilometer, yang mampu menghantam di manapun wilayah Korea Selatan.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009