Jakarta (ANTARA News) - Salah satu fungsionaris nasional DPP Partai Golkar, Zainal Bintang, menyatakan, pertemuan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Jusuf Kalla dengan para pinisepuh partai berlambang pohon beringin itu (6/4), dinilai amat terlambat.

"Itu terlambat, karena informasi akurat yang kami peroleh menyebutkan surat untuk audiensi sudah dikirim para pinisepuh itu sejak bulan Desember 2008 dan diulangi pada bulan Februari 2009," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Kendati memberi apresiasi kepada Jusuf Kalla dengan aparat DPP Partai Golkar (PG) yang akhirnya jadi menggelar pertemuan tersebut, Zainal Bintang tetap menyoroti pertemuan itu sebagai langkah terlambat serta cenderung dadakan.

"Pertemuan tersebut sangat mendadak. Tokoh-tokoh itu baru ditelpon beberapa jam sebelum pertemuan, sehingga yang hadir hanya itu-itu orangnya, seperti Prof Dr JB Sumarlin, Letjen TNI Purn Sukardi, Jenderal Polisi Purn Prof Dr Awaluddin Djamin, Oetoyo Oesman, T Dharsoyo, Cosmas Batubara, dan Azwar Anaz," katanya.

Oleh karena itu, Zainal Bintang menyarankan, agar DPP Partai Golkar segera menggelar pertemuan lagi yang lebih luas, dengan mengundang semua pinisepuh partai.

"Selaku kader Partai Golkar, saya mengimbau DPP Partai Golkar untuk segera mengadakan juga pertemuan silaturahim dengan sesepuh ABRI yang kini berganti nama menjadi TNI. Karena harus diingat, Partai Golkar itu didirikan oleh tokoh-tokoh TNI yang Saptamargais di masa lalu. Karena itu, Keluarga Besar TNI jangan disepelekan," katanya.

Menurut dia, para pejuang Partai Golkar itu merupakan pendiri dan penyelamat republik tercinta, sehingga mereka harus dihargai. "Mereka itu pendiri Partai Golkar juga. Rata-rata mereka itu dari Keluarga Besar TNI," katanya.

Zainal Bintang menunjuk motto TNI, yakni "pejuang prajurit dan prajurit pejuang", yang berarti sebelum jadi tentara, maka mereka itu sudah berjiwa pejuang.

"Makanya sesudah purnawirawan, mereka pun tetap terus berjuang di luar lingkungan militer. Tokoh-tokoh seperti Suhardiman (pendiri SOKSI), RH Sugandhi (pendiri MKGR) dan Mas Isman Hayono (pendiri Kosgoro), merupakan bukti sejarah konkret yang menunjukkan peran besar Keluarga Besar TNI dalam melahirkan Partai Golkar," ucapnya.

Ketiga Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) itu (SOKSI, MKGRI, Kosgoro), kini dikenal sebagai "Tri Karya" yang mendirikan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) pada tanggal 20 Oktober 1964.

"Sekber Golkar itulah yang kemudian menjadi Golkar pada Pemilu 1971, lalu seterusnya dengan mengusung perubahan paradigma dan platform baru sebagai salah satu kekuatan politik pejuang reformasi di akhir dekade 1990-an, berubah lagi menjadi Partai Golkar," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009