Jayapura (ANTARA News) - Partai Demokrat (PD) yang pada Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif menempati urutan pertama sebagai pemenang pesta demokrasi tentu saja ingin memandang ke masa depan Indonesia paling tidak selama 20 tahun ke depan.

Hal ini terlihat dari langkah politik yang diambil para petinggi partai ini dalam menentukan calon wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang hari ini dikukuhkan sebagai calon Presiden dari PD untuk "bertarung" dengan Capres dari partai lain pada Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Juli nanti.

Hal itu disampaikan salah seorang tokoh masyarakat pegunungan Papua sekaligus pemuka agama di Papua, Pdt Socratez Sofyan Yoman,S.Th kepada ANTARA di Jayapura, Minggu menanggapi fenomena politik yang terjadi beberapa hari terakhir ini di tingkat nasional khususnya pertarungan partai-partai besar untuk berkoalisi memenangkan Pilpres dan kemungkinan berkoalisi di parlemen untuk lima tahun ke depan.

"Kita dapat mengatakan, Partai Golkar sudah lebih dari 20 tahun menjadi nomor satu di parlemen dan pemerintahan sehingga kini tiba waktunya partai ini `turun dari puncak gunung`perpolitikan Indonesia dan selanjutnya diganti partai lain yakni PD," katanya.

Dengan demikian terlihat bahwa PD ingin menjadi partai nomor satu paling tidak selama 20 tahun ke depan sama dengan Partai Golkar yang pernah menjadi parpol terdepan selama 20 tahun.

Untuk itulah maka terlihat pimpinan PD mulai mengambil langkah-langkah politik yang sangat strategis dan penuh perhitungan, baik dalam hal berkoalisi dengan parpol-parpol pemenang Pemilu lainnya maupun penentuan siapa pendamping SBY yang pas untuk lima tahun ke depan.

"Kini saat yang tepat tetapi penuh ujian bagi PD.Apabila PD mampu mengambil keputusan tepat untuk berkoalisi dengan parpol lain dan mampu menampilkan calon Wapres yang benar-benar dikehendaki rakyat maka dapat diprediksi, PD akan menjadi partai nomor satu untuk paling kurang 20 tahun ke depan," katanya.

Kelihatannya, PD tidak ingin menghasilkan keputusan politik yang instant, artinya mengambil keputusan politik hanya untuk lima tahun ke depan saja.

Sebaliknya, PD ingin menjadi partai pemenang Pemilu, baik Pemilu legislatif maupun Pilpres untuk satu jangka waktu yang lama paling tidak sama seperti lamanya Golkar memimpin Negara ini.

Socratez berpendapat, keinginan PD untuk menjadi partai terbesar untuk 20 tahun ke depan sudah dapat dibaca lawan-lawan politiknya sehingga terlihat begitu gencarnya partai-partai tertentu menjalin komunikasi politik dan gencar pula membangun koalisi untuk "menghadang" lajunya PD di pentas politik lima tahun ke depan.

"PD tidak ingin berhenti berjuang menjadi partai pemenang Pemilu setelah berakhirnya SBY menjadi presiden untuk kedua kalinya tetapi mereka berupaya agar pasca SBY , partai ini tetap menjadi nomor satu di pentas perpolitikan nasional. Untuk itulah mulai sekarang PD menyusun langkah politik yang strategis, matang dan bijaksana serta sedikit hati-hati agar dapat langgeng di panggung politik nasional paling tidak selama 20 tahun ke depan," katanya.

Socratez menyarankan, agar supaya PD benar-benar dapat mewujudkan impian menjadi parpol terbesar dan berada di urutan pertama setiap digelar pesta demokrasi lima tahunan maka partai ini harus tetap menempatkan kepentingan seluruh rakyat Indonesia di atas kepentingan kelompok, partai dan kepentingan pribadi.

"Hasilkanlah program pembangunan yang pro-rakyat sehingga PD dicintai rakyat selama bertahun-tahun," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009