Aljir (ANTARA) - Aljazair mulai Minggu akan memperpanjang aturan jam malam demi menekan penularan COVID-19, kata Perdana Menteri Abdelaziz Djerad, Sabtu (4/4), setelah jumlah pasien positif di negara itu meningkat jadi 1.251 orang.

Aturan jam malam itu akan dimulai pukul 15.00 sampai 07.00 waktu setempat di ibu kota Aljazair, Algiers, sementara di delapan provinsi lain pembatasan dimulai pada pukul 19.00 sampai 07.00 waktu setempat.

Dua provinsi lainnya, yang didominasi lahan gurun, belum melaporkan kasus penularan virus sehingga dikecualikan dari aturan jam malam.

Perekonomian Aljazair yang terpuruk akibat COVID-19, berikut kebijakan pemulihan yang diterapkan, diyakini dapat mempercepat krisis sektor keuangan. Pasalnya, selama bertahun-tahun negara itu sulit keluar dari nilai defisit tinggi ditambah harga minyak yang jatuh pada bulan lalu.

Aljazair, negara dengan wilayah dan kekuatan militer terbesar di Afrika, diperintah oleh kepemimpinan baru pada beberapa bulan terakhir. Pergantian kekuasaan dipicu oleh aksi massa yang mendesak Abdelaziz Bouteflika mundur dari jabatannya sebagai presiden setelah berkuasa selama 20 tahun.

Presiden Abdelmadjid Tebboune memenangkan pemilihan umum pada Desember tahun lalu. Ia pun menunjuk Abdelaziz Djerad sebagai perdana menteri pada Januari.

Walaupun demikian, massa demonstran tidak puas dengan kemenangan Presiden Tebboune karena ia dianggap bagian dari elit kekuasaan lama. Kemenangan itu, bagi para demonstran, dianggap tidak sah.

Walaupun demikian, aksi protes yang tiap minggunya diikuti puluhan ribu orang di pusat Kota Algiers, sempat terhenti bulan lalu karena ancaman nyata penularan COVID-19.

Sumber: Reuters

Baca juga: Aljazair umumkan kasus pertama corona

Baca juga: Presiden Aljazair minta rakyat disiplin terkait pencegahan corona

Baca juga: Dua hari jelang pemilu, Aljazair vonis penjara dua mantan PM


 

Para santri yang dihadang petugas setiba di kampung halaman

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020