Tokyo (ANTARA News) - Pemimpin partai oposisi Jepang Ichiro Ozawa, yang juga kandidat kuat untuk menjadi perdana menteri Jepang, akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua Democratic Party of Japan (DPJ), menyusul tekanan publik yang semakin kuat atas skandal keuangan partai tersebut.

Pernyataan mundur itu disampaikan langsung oleh Ozawa dalam jumpa pers terbuka yang berlangsung di markas besar partai oposisi tersebut di Tokyo, Senin malam.

Ozawa merupakan kandidat kuat untuk menggantikan PM Jepang saat ini, Taro Aso, yang berasal dari partai berkuasa Liberal Democratic Party (LDP) dalam pemilu majelis rendah mendatang.

Namun kasus skandal dana politik yang terkait dengan sektretaris Ozawa telah membuat reputasi tokoh senior di kalangan oposisi itu tumbang, sehingga membuat dukungan publik langsung anjlok dalam beberapa minggu terakhir.

Sementara itu, dukungan terhadap PM Taro Aso mulai kembali naik, setelah sebelumnya sempat berada di titik terendah dibawah 25 persen. Dukungan publik yang rendah membuat partai LDP dan Aso sendiri berada diambang pergantian kekuasaaan.

Dalam pernyataannya, Ozawa yang terlihat tertekan mengatakan, keputusannaya untuk mundur dari jabatannya sebagai ketua partai DPJ diambil guna mempertahankan keutuhan partai, menyusul semakin dekatnya pemilu majelis rendah.

"Saya memutuskan mundur dari jabatan Ketua Partai DPJ agar keutuhan partai tetap terjaga kuat guna merealisasikan tujuan pergantian kekuasaan," kata Ozawa.

Ozawa juga membantah kalau dirinya akan mundur dari keanggotananya di parlemen Jepang (Diet) atau desas desus yang mengatakan dirinya akan meningalkan partai. Ozawa bahkan menekankan tekadnya untuk mengikuti pemilu selanjutnya.

Sementara itu, Sekjen Partai DPJ Yukio Hatoyama seperti dikutip Kyodo juga menyatakan keinginanya untuk mundur dari jabatannya. Hatoyama merupakan tokoh yang selama ini menjaga "nama baik" partai sekaligus tokoh yang mendesak Ozawa mundur.

Pemilihan untuk menggantikan dirinya sebagai ketua umum akan dilakukan setelah majelis rendah mengakhiri sidangnya di tahun anggaran 2009 guna mengurangi dampak kerugian publik.

"Pemilihan akan dilakukan dalam minggu ini juga. Kami tidak boleh berlama-lama (mencari pemimpin baru)," kata Hatoyama.

Rapat pemilihan direncanakan berlangsung Selasa (12/5) besok dan dua kandidat potensial yang muncul adalah para mantan ketua DPJ, yaitu Katsuya Okada dan Naoto Kan.



Kronologis

Skandal bantuan dana pemilu bagi partai DPJ mulai menyeruak ke permukaan pada akhir Maret 2009, yang melibatkan sekretaris pribadi Ozawa, Takanori Okubo (47). Ozawa sendiri menolak untuk mundur saat itu.

Okubo dituduh menerima uang sebesar 35 juta yen dalam bentuk donasi dari perusahaan kontraktor Nishimatsu Construction Co. Hal itu melanggar UU yang mengatur pengawasan terhadap transpransi keuangan partai politik.

Penangkapan terhadap orang dekat Ozawa itu langsung saja mendapat sorotan publik dan membuat kepercayaan rakyat terhadapa partai oposisi yang tadinya begitu kuat perlahan menurun. Tekanan publik mulai meluas, namun Ozawa memilih bertahan dari jabatannya.

Situasi politik dalam negeri Jepang sejak dua tahun belakangan memang sedang bergejolak, sejak ditemukannya banyak skandal di tubuh kabinet dan partai berkuasa tersebut. Pergantian perdana menteri dari kubu LDP terjadi silih berganti setiap tahun sehingga meruntuhkan keprcayaan rakyat.

Namun terbongkarnya skandal keuangan partai telah menjungkirbalikan situasi politik, terbukti dukungan terhadap oposisi merosot drastis, sementara dukungan bagi LDP mulai kembali naik.

Sebelumnya reputasi oposisi begitu positif sehingga berhasil meraih kekuasaan secara spektakuler dengan menguasai Majelis Tinggi Parlemen dalam pemilu 2007. Sebelumnya, baik Majelis Tinggi maupun Majelis Rendah dikuasai LDP. Kini LDP hanya mendominasi Majelis Rendah, lembaga yang menetapkan perdana menteri Jepang.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009