Jakarta (ANTARA News) - Program acara televisi "Republik Mimpi" mencuri perhatian dan menjadi salah satu program televisi yang didiskusikan pada International TV Conference ke-32 di Warsawa, Polandia.

Penggagas program tersebut, Effendi Ghazali, dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu menjelaskan program yang berisikan acara pembahasan perkembangan politik terkini Indonesia dalam format parodi itu mendapat penilaian dari berbagai kalangan yang berkecimpung di sektor pertelevisian internasional.

"Ada dua topik menonjol pada konferensi tahun ini, yaitu, Television in Public Interest and Televising Modern Society. Umumnya yang terpilih oleh para shopsteward (semacam juri) adalah program-program dari TV Publik yang memang lebih ditujukan utk meningkatkan kualitas hidup publik," katanya.

Ia menambahkan selama 32 tahun konferensi ini, program TV Indonesia baru pada 2009 dapat ikut serta. Program "Republik Mimpi", yang merupakan rangkaian perjalanan parodi politik tersebut, dalam diskusi itu diputar utuh 70 menit dan didiskusikan pada sesi hari Selasa (12/5), sejak pukul 14:00 hingga pukul 18:00 waktu setempat.

"Ratusan pengamat dan kritikus serta produser berikut artis-artis TV dari berbagai penjuru dunia terlibat diskusi yang seru dan sangat supportif," katanya.

Effendi menjelaskan, pada umumnya mereka meyakini bahwa program seperti Republik Mimpi akan meningkatkan political efficacy warga negara dan khususnya anak-anak muda. Hal tersebut diyakini oleh pengamat dari Amerika dan Eropa Barat.

Tetapi, pemerhati TV dari Australia prihatin dengan peniruan acara Republik Mimpi tanpa izin (copy cat), bahkan mereka mempertanyakan soal pelanggaran hak cipta di Indonesia.

"Hal tersebut menurut mereka akan menurunkan kualitas genre program ini karena dikerjakan seadanya," tuturnya.

Effendi Gazali pada kesempatan tersebut mengucapkan terima kasih pada berbagai stasiun TV seperti Indosiar, Metro TV, TV One, ANTV, dan RCTI yang pernah memberi kesempatan tampil Republik Mimpi.

"Sayangnya, sampai saat ini di tempat kami program ini sering diterima dengan rasa khawatir oleh pemilik TV dan pemasang iklan. Lainnya memilih sinetron sepanjang hari. Atau ada juga yang mencuri hak cipta kami," ujar Effendi.

Selain Indonesia, program TV lain dari Asia yang terpilih untuk diputar dan didiskusikan tahun ini berasal dari Korea.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009