Yogyakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), Departemen Pendidikan Nasional akan mendorong 17 perguruan tinggi nasional (PT) untuk meraih kualitas internasional.

"Kami mendukung dari segi dana yang jumlahnya cukup banyak, mencapai miliaran rupiah," kata Dirjen Dikti Fasli Djalal di Yogyakarta, Rabu.

Diantara ke-17 perguruan tinggi itu, tiga diantaranya telah masuk dalam 400 besar dunia, sedangkan beberapa lainnya masuk 500 besar dunia.

Ketiga perguruan tinggi yang masuk 400 besar dunia adalah Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI), sedangkan yang masuk dalam 500 besar dunia adalah Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro. Satu lagi, Universitas Brawijaya berada di peringkat 502 dunia.

"Kami mendorong sepuluh universitas lain seperti Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Hasanuddin dan Universitas Sumatera Utara bisa berkelas internasional, sehingga pada 2009 akan ada 17 perguruan tinggi yang sudah berkelas internasional," katanya.

Menyangkut dana bantuan untuk mendorong perguruan tinggi mencapai kelas internasional, Fasli mencontohkan UGM yang mendapatkan dana Rp70 miliar untuk mendukung program internasional.

"Internasionalisasi bisa dilakukan dengan membuka program internasional atau mengirim dosen untuk belajar ke luar negeri," katanya.

Dirjen Dikti juga menyiapkan dana pengembangan penelitian baik mahasiswa maupun dosen yang dapat digunakan untuk mendukung program internasional tersebut.

Rinciannya, dana penelitian mahasiswa Rp500 juta per tahun, pengembangan bakat, minat dan potensi sebesar Rp1 miliar per tahun, serta dana kegiatan konkret mahasiswa yang berhubungan dengan pencegahan pemanasan global sebesar Rp500juta.

Sementara itu, Rektor UGM, Prof Sudjarwadi mengonfirmasikan, dana bantuan internasionalisasi telah didistribusikan ke seluruh fakultas dengan tujuan utama meningkatkan mutu dan kualitas akademik.

"Penggunaan oleh setiap fakultas tidak harus seragam, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing program," katanya. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009