Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dan 2010 akan ditentukan oleh kemampuan untuk menjaga faktor domestik sebagai unsur yang menopang pertumbuhan ekonomi.

"Ini berbeda dengan sekitar tiga tahun lalu di mana faktor global dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kita," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan, secara sektoral, sektor pertanian akan merupakan sektor yang tumbuh sehat di samping sektor telekomunikasi dan transportasi, dan utility seperti gas, listrik dan air.

Pada triwulan I 2009, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 4,79 persen dibanding triwulan IV 2008 sebesar 4,74 persen.

Sektor transportasi dan telekomunikasi tumbuh 16,68 persen dibanding 15,82 persen. Sektor listrik, air dan gas tumbuh 11,42 persen dibanding 9,34 persen, dan sektor konstruksi tumbuh 6,33 persen dibanding 5,67 persen.

Sementara itu sektor pengolahan masih negatif yaitu hanya 1,62 persen padahal pada triwulan IV 2008 sebesar 1,85 persen. Demikian juga dengan perdagangan yang hanya 0,57 persen padahal sebelumnya 5,55 persen, dan sektor keuangan 6,27 persen dibanding 7,42 persen.

Sedangkan dari sisi komponen penyokong pertumbuhan ekonomi, Menkeu menyatakan, konsumsi rumah tangga pada kwartal I 2009 memang cukup tinggi yaitu mencapai 5,84 persen, konsumsi pemerintah 19,35 persen, investasi 3,51 persen, ekspor minus 19,1 persen, dan impor minus 24,1 persen.

"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2009 memang cukup tinggi yaitu di atas 5 persen, namun yang menjadi pertanyaan apakah ini akan sustainable selama 2009 hingga 2010," katanya.

Untuk tahun 2009, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,0 hingga 4,5 persen. Pertumbuhan ekonomi itu disumbang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga 3,5 hingga 4,0 persen, konsumsi pemerintah 7,7 -8,6 persen, pertumbuhan investasi 4,1-5,5 persen, ekspor minus 7 hingga minus 5 persen, dan pertumbuhan impor minus 9,6 hingga minus 7,0 persen.

Menurut Menkeu, pertumbuhan investasi merupakan variabel penting namun sulit untuk dipulihkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2008, pertumbuhan investasi di Indonesia pernah mencapai double digit karena iklim investasi yang kondusif ditambah dengan lancarnya aliran likuiditas.

"Berdasar pengalaman, untuk mencapai pertumbuhan sebesar 6 persen, biasanya pertumbuhan investasi mencapai dobel digit sekitar 15 persen," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009