Jakarta (ANTARA News) - Diperkirakan, setiap tahunnya tedapat sekitar 7.000 penyu di Indonesia yang terjaring saat nelayan melakukan penangkapan ikan tuna.

Manager Communications Marine World Wild Fund (WWF) Indonesia, Dewi Satriani di Jakarta, Jumat, mengatakan, keterangan yang diperoleh dari nelayan yang menggunakan kapal tuna rawai, pada setiap trip melaut minimal terjaring satu ekor penyu.

Sesuai data diperoleh, jumlah kapal tuna rawai di Indonesia sekitar 1.850 buah dan dalam setahun setiap kapal melakukan enam hingga tujuh trip.

"Kami berasumsi bahwa setiap tahun terdapat sekitar 7.000 penyu yang terjaring saat nelayan melakukan penangkapan ikan dengan kapal itu," katanya.

Dia mengatakan, banyaknya penyu tertangkap antara lain disebabkan nelayan menggunakan alat tangkap atau kail yang dapat membuat terjadinya tangkapan sampingan.

Kondisi ini membuat banyaknya satwa lain di laut termasuk penyu tertangkap secara tidak sengaja.

"Sehingga perlu adanya upaya untuk memodifikasi alat pancing, guna menekan terjadinya tangkapan sampingan itu," katanya.

Disisi lain, katanya, perlu keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam menjaga supaya satwa laut tersebut lestari dengan melakukan berbagai langkah seperti menempatkan petugas di atas kapal ikan itu.

"Perlu juga dilakukan kampanye penyelamatan penyu yang melibatkan berbagai pihak," katanya.

Mengenai jumlah penyu, katanya, sulit dideteksi terutama yang ukuran dewasa karena berada di dalam laut.

Di salah satu lokasi pendaratan penyu yang berada di Papua saja terdapat sekitar 2.500 penyu jenis belimbing betina.

Indonesia yang berada di segitiga terumbu karang memiliki kekayaan hayati yang cukup besar, dengan memiliki enam dari tujuh jenis penyu di dunia dan memiliki banyak pendaratan penyu.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009